CIREBON, KOMPAS.com - Siswa kelas 6 SDN Sidamulya, Kota Cirebon, Jawa Barat, diduga mengalami depresi. Bocah 13 tahun berinisial ARD ini, kerap mengamuk hingga memukuli dirinya sendiri.
Gangguan psikis ini terjadi usai telepon seluler yang dimiliki ARD dijual sang ibu karena desakan ekonomi.
Saat Kompas.com tiba di rumahnya di Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, pada Senin (13/5/2024) pagi, sejumlah pegawai Dinas Pendidikan Kota Cirebon tampak sedang melakukan pendampingan. Mereka memeluk dan menenangkan ARD yang menangis.
Baca juga: Kisah Tragis Vina Cirebon dan Kebrutalan Geng Motor Rekayasa Kematian
ARD juga berulang kali berdiri dan meminta pergi ke Kabupaten Kuningan. Lalu tiba-tiba ARD marah dan menjatuhkan diri sendiri ke lantai. ARD juga terus menangis dan berteriak.
Bahkan saat hendak ditolong, ARD sempat memukul beberapa petugas di sekitarnya. Sejumlah warga dan keluarga berusaha menenangkan dengan memegang kaki ARD, agar tidak terus menendang dan menyakiti diri sendiri.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Ade Cahyaningsih menyampaikan, ARD masih terdaftar sebagai siswa SDN Sidamulya meski sudah beberapa bulan tidak masuk sekolah.
Baca juga: 2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa
ARD sedang berada dalam situasi darurat yang berhubungan dengan masalah ekonomi keluarga hingga berdampak pada dirinya.
"Ananda tidak dikeluarkan, masih aktif juga sebagai pelajar, penerima KIP juga. Hanya saja, saat ini, anak dalam situasi khusus, saya yakin anak ARD akan sembuh lagi," kata Ade saat ditemui Kompas.com usai penanganan di rumah ARD, Senin (13/5/2024) pagi.
Ade mengungkapkan, ARD mengalami depresi atau gangguan psikis sekitar September 2023. Saat itu, ibu kandung ARD menjual ponsel milik ARD yang diduga menjadi pemicu.
Ponsel itu dibeli dari uang milik ARD yang ditabungnya cukup lama. Ponsel itu menjadi alat bermain dan juga alat belajar ARD.
ARD juga dikenal anak yang rajin dan memiliki nilai harian sekolah yang baik. ARD mulai berubah menjadi pemurung setelah peristiwa penjualan ponsel miliknya.
Lambat laun ARD sering marah dan mengamuk. Satu ketika ARD pernah marah di kelas hingga tidak lagi berangkat sekolah.
"Jadi, anak ini mengumpulkan uang untuk membeli hp dari uang sendiri. Anaknya baik, kecerdasannya juga baik. Masalahnya bermula dari ibunya menjual hp itu, tapi tidak bisa disalahkan juga, karena kondisi desakan ekonomi," tambah Ade.
Dinas Pendidikan mengaku telah menangani ARD sebelum kasus ini viral di media sosial.
Bahkan pihak sekolah bersama dinas terkait mendorong proses penanganan kesehatan yang berkelanjutan hingga ARD pulih dan kembali bersekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.