BANDUNG, KOMPAS.com - Aksi pemalakan terhadap pedagang kaki lima (PKL) terjadi di Pasar Baru Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (30/12/2024) dini hari, sekitar pukul 00.28 WIB.
Korban pemalakan berhasil merekam aksi pelaku, dan video tersebut viral di media sosial Instagram.
Dalam video yang beredar, terlihat seorang pelaku mengenakan jaket hitam membawa senjata tajam berupa golok. Ia memaksa meminta uang dari para pedagang.
Baca juga: Kapolri Ingatkan Jajarannya agar Antisipasi Pemalakan di Tempat Wisata
Selain itu, pelaku juga terlihat memukul goloknya ke meja dengan nada mengancam.
Kapolsek Majalaya, Kompol Aep Suhendi mengungkapkan, kedua pelaku pemalakan tersebut adalah M alias Cemong (23) dan A alias Caca (20).
Keduanya diamankan pada pukul 09.00 WIB setelah polisi melihat video yang diunggah salah satu akun Instagram.
Baca juga: 5 Dokter Senior Diperiksa Soal Kasus Dugaan Bullying dan Pemalakan PPDS Undip
"Kemudian kita langsung merespons peristiwa tersebut dan anggota langsung turun ke lapangan untuk mengejar pelakunya," kata Aep saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (31/12/2024).
Aep menjelaskan, kedua pelaku melakukan aksinya karena terpengaruh minuman keras.
Pelaku Cemong adalah sosok yang terekam dalam video. Ia mengancam pedagang sambil membawa golok, sementara Caca menunggu di sepeda motor saat rekannya beraksi.
Menurut pengakuan kedua pelaku, mereka telah memalak empat pedagang di Pasar Baru Majalaya.
"Iya, mabuk tuak. Itu yang di video, pedagang terakhir yang mereka palak. Mereka kita amankan di daerah Panyadap," tambah Aep.
Pihak kepolisian mengimbau warga Majalaya menjaga kondusivitas, terutama menjelang pergantian tahun yang akan diwarnai dengan event 'cat free night'.
"Kami minta kepada masyarakat untuk tidak ragu melaporkan kejadian kepada kami. Insya Allah kami akan merespons dengan cepat. Jika ada yang nekat membuat onar di Majalaya, kita akan sikat. Itu sesuai dengan perintah pimpinan, tidak ada kata tidak, kami akan kejar. Makanya, kami perlu kerja sama dengan masyarakat," ujar Aep.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang