INDRAMAYU, KOMPAS.com - Darwinah (44), mantan pekerja migran asal Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menginspirasi banyak perempuan desanya.
Ia kini berhasil mendirikan rumah pendidikan gratis untuk anak-anak buruh migran dan membuka beragam usaha kuliner dengan merekrut serta membina ibu-ibu purna pekerja migran.
Upaya yang telah dilakukannya sejak 2008 ini bertujuan untuk mengurangi jumlah warga Indramayu yang bekerja sebagai pekerja migran.
Baca juga: Terindikasi Calon TKI Ilegal, 111 Paspor Ditolak Imigrasi Karawang
Namun, perjalanan hidup Darwinah tidaklah semudah yang dibayangkan.
Di tahun 2001, saat baru berusia 20 tahun, ia menjadi korban perdagangan orang dan mengalami kekerasan saat bekerja sebagai asisten rumah tangga di Singapura.
Pengalaman traumatis ini nyaris merenggut nyawanya ketika ia mencoba melakukan bunuh diri akibat tekanan yang ia alami.
"Saya jadi korban trafficking selama 5 bulan, disiksa, perjanjian kerja tidak sesuai. Saya berusaha kabur, tapi terus gagal dan tertangkap disiksa lagi, hingga saya coba bunuh diri. Mungkin majikan takut kenapa-kenapa, akhirnya saya dipulangkan," ungkap Darwinah saat dihubungi Kompas.com.
Setelah dipulangkan ke Indonesia, Darwinah pulang dengan tangan kosong, niat membantu ekonomi keluarga pupus, dan harus berjuang menghadapi trauma yang ia alami.
Baca juga: Diubah Jadi PMI, Menteri P2MI Sebut Istilah TKI Rendahkan Martabat Bangsa
Dalam ketidakpastian tersebut, Darwinah berusaha untuk bangkit dengan bekerja di sebuah pertokoan selama tiga tahun.
"Setelah itu, saya merasa siap dan kembali menjadi pekerja migran di tahun 2004. Kali ini, saya terbang ke Hong Kong," ujarnya.
Di sana, ia menemukan majikan yang baik dan memahami hak-haknya sebagai seorang pekerja.
Kondisi ini menjadi titik balik bagi Darwinah.
"Alhamdulillah di Hongkong berbanding kebalik, saya punya majikan baik, mengerti agama, pakai jilbab tidak dilarang. Saya benar-benar semangat ingin bahagiakan orangtua," katanya penuh syukur.
Baca juga: Alasan Menteri P2MI Lantik Pejabat di Kantong Pekerja Migran-Kampung Nelayan di Karawang
Setelah empat tahun bekerja di Hongkong, Darwinah memutuskan untuk pulang ke Tanah Air pada 2008.
Namun, niat awal untuk membuka usaha terpaksa ditunda.