Editor
JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta para pengusaha tambang di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, untuk menghentikan operasionalnya sementara.
Permintaan ini setelah Sukabumi diterjang longsor dan banjir yang menyebabkan tiga orang meninggal dan lima lainnya hilang.
"Di tengah-tengah banjir yang melanda Sukabumi saya masih mendapatkan angkutan bahan tambang yang mobilnya gede-gede, sedangkan jalan di Sukabumi hari ini di beberapa ruas mengalami kerusakan," kata Dedi dalam video yang diunggahnya di Instagramnya @dedimulyadi71, Minggu (9/3/2025).
Baca juga: Banjir Sukabumi: Dua Korban Hilang Ditemukan, Jumlah Korban Tewas Jadi 3 Orang
Ia menuturkan, para pegiat tambang tersebut seharusnya berempati terhadap bencana yang menimbulkan penderitaan terhadap masyarakat di Sukabumi.
"Sebelum jalan-jalannya bisa diperbaiki, saya pikir langkah arifnya kalau kegiatan ini (tambang) dihentikan dulu atau pemilik tambang ikut berpartisipasi memperbaiki jalan dan jembatan yang roboh," lanjut Dedi.
Baca juga: Banjir Sukabumi: Dua Korban Hilang Ditemukan, Jumlah Korban Tewas Jadi 3 Orang
View this post on Instagram
Sehingga, kata Dedi, semua orang memiliki empati dan memikul beban yang sama untuk menyelesaikan persoalan dampak bencana.
Dedi menuturkan, sebuah ironi saat ini adalah saat para pengusaha tambang mengeruk keuntungan, di sisi lain ada rakyat yang menderita karena banjir dan longsor.
"Untuk itu mohon kesadarannya siapa yang memiliki tambang di Sukabumi dengan angkutan ini saya mengetuk hatinya atas nama kemanusiaan bukan sekadar uang dan keuntungan, tunda dulu penambangannya hentikan dulu," ujar Dedi.
Baca juga: Sederet Fakta Bencana Banjir dan Longsor di Sukabumi, Jumlah Korban Tewas dan Kunjungan Gibran
Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat hingga Sabtu (9/3/2025), jumlah korban meninggal dunia kini mencapai tiga orang, sementara lima lainnya masih dinyatakan hilang.
Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar, Hadi Rahmat, mengungkapkan selain korban jiwa, jumlah warga terdampak juga meningkat.
Semula, bencana ini berdampak pada 116 kepala keluarga (KK) dengan total 204 jiwa, tetapi kini jumlahnya naik menjadi 156 KK atau 287 jiwa. Warga yang mengungsi pun bertambah drastis, dari 31 KK (159 jiwa) menjadi 157 KK (328 jiwa).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang