Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung di Tasikmalaya Telah Setahun Terapkan Iuran Rp 1.000 Per Hari, Tolak Imbauan Baru Dedi Mulyadi

Kompas.com, 7 Oktober 2025, 17:36 WIB
Irwan Nugraha,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Warga Kampung Selaawi, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, telah memberlakukan iuran Rp 1.000 per hari yang dikelola oleh pengurus dan tokoh masyarakatnya untuk berbagai keperluan mendesak sejak setahun lalu.

Dana yang terkumpul dari program iuran masyarakat tersebut saat ini sudah berjumlah Rp 100 jutaan dan disimpan dengan baik oleh salah satu pengurus guna keperluan masyarakat.

Karena itu, masyarakat menolak kebijakan baru Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang meminta iuran warga Jabar Rp 1.000 per hari karena khawatir memberatkan lagi warga setelah program yang sama berlaku selama setahun lebih.

Baca juga: Tanggapi Kritik soal Gerakan Rp 1.000 Sehari, Dedi Mulyadi Tegaskan Ada Pemahaman yang Salah

"Di kampung kami, kebijakan berdonasi Rp 1.000 per hari sudah berjalan 16 bulan dan bukan kebijakan baru. Namanya Gerbu, jadi kami menolak program Gubernur KDM itu," ucap Ustaz Iri Syamsuri, didampingi tokoh masyarakat Kampung Selaawi lainnya, di rumahnya, Selasa (7/10/2025).

"Bukan apa-apa, masalahnya kan di sini sudah jalan. Kami enggak mau kalau iuran warga jadi Rp 2 ribu sehari, akan memberatkan lagi warga kami, kasihan," ucapnya.

Iri menambahkan, kebijakan iuran Rp 1.000 per hari hanya berlaku dihitung per kepala keluarga dan bukan per orang.

Program kampung selama ini sangat efektif mengatasi berbagai permasalahan sosial masyarakat tanpa meminta-minta uang rakyat dari APBD atau APBN.

Apalagi, jika penyaluran uang APBD dan APBN digunakan dengan sangat baik oleh pemerintah daerah, baik kota maupun provinsi, tentunya iuran Rp 1.000 per hari untuk masyarakat tidak perlu ada lagi.

Baca juga: Luruskan Gerakan Seribu Sehari, Dedi Mulyadi: Kas Sosial, Tidak Pun, Tak Apa-apa...

"Seperti kami, masyarakat di kampung kami berhasil seperti ini karena adanya kekompakan dan penggunaan yang transparan kepada masyarakat. Apalagi, kalau uang rakyat berbentuk APBD. Insya Allah, program apa pun akan berjalan, contohnya saja di kampung kami ini," ujar dia.

Selama ini, berbagai kebutuhan mendesak bagi masyarakat, seperti untuk sakit, kekurangan ekonomi, ataupun lainnya, bisa teratasi oleh uang hasil iuran masyarakat.

Sejatinya, pengelolaan uang masyarakat, apalagi di tingkat kampung yang jumlahnya sedikit, harus transparan, apalagi uang rakyat dalam jumlah besar berbentuk APBD.

"Kan awalnya itu, masyarakat di kami kasihan setiap ada kegiatan harus dipungut. Ada kegiatan lagi dipungut, ada apa-apa dipungut, kasihan. Tapi, dengan gerakan Gerbu Rp 1.000 per hari per KK di kampung kami, setiap ada kegiatan tinggal melaksanakan dengan penuh rasa kekompakan dan persaudaraan yang tinggi," tambah dia.

Baca juga: Pro Kontra Donasi Rp 1.000 Per Hari Dedi Mulyadi, dari Transparansi hingga APBD Kelola Lagi

Dengan berjalannya program di kampung ini dan terkumpul saldo yang sudah seratusan juta, masyarakat Kampung Selaawi sepakat untuk terus melanjutkan program ini karena sangat bermanfaat.

Kegiatan ini pun sekaligus memantau kondisi masyarakat perkampungan dengan adanya petugas keliling atau penagih yang dikoordinasi oleh setiap Ketua RT.

"Jumlah RT di kami ada 6. Biasanya kami sepakati para juru tagih diberi upah sesuai kesepakatan, masyarakat pun tidak diberatkan, ada yang bayar harian, mingguan, ataupun bulanan langsung," ungkap dia.

Setiap pengurus pun tidak memaksa jika ada salah satu keluarga yang belum bisa membayar.

Bahkan, jika ketahuan faktor penyebabnya tidak bisa bayar karena sakit atau belum punya uang, justru para pengurus membantunya.

"Kami cari tahu, penyebab belum bisa bayarnya apa. Kalau misalkan diketahui mendesak karena musibah, justru kami sepakat membantunya," ungkap dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau