Salin Artikel

Mampu Beli Gas tapi Tak Ada Uang Beli Beras, Potret Kemiskinan di Cianjur

Rumah berdinding bilik yang ditempati mereka puluhan tahun itu kondisinya lapuk dan berlubang.

Ironisnya, keluarga ini tidak pernah tersentuh bantuan pemerintah.

Rumah yang dihuni Mak Idah (55), warga Kampung Pasir Taman, Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Cianjur, ini berada di area kebun pisang.

Mak Idah tinggal bersama anak perempuan satu-satunya dan empat orang cucu.

Keadaan rumah ini sangat memprihatinkan. Bahkan untuk buang hajat, mereka harus menggali tanah di samping rumah.

Mak Idah menuturkan, kondisi rumahnya semakin rusak sejak setahun terakhir ini, bahkan dua ruangan tidak lagi dipakai karena dindingnya sudah jebol.

Kenyataan itu diperparah apabila turun hujan yang memaksa mereka berada di satu ruangan, hingga harus tidur berdempetan.

"Jarang pada tidur di kamar soalnya sudah pada bocor, atapnya lapuk-lapuk," kata mak Idah.

Ketiadaan biaya tak memungkinkannya memperbaiki rumah. Ia hanya mampu melakukan sebisanya dengan barang seadanya.

Ironisnya, warga lain yang kondisinya lebih baik dari mereka justru yang rutin menerima bantuan.

Mak Idah bukan tanpa upaya, beberapa kali pernah menanyakan. Namun, jawaban yang diterima selalu sama.

"Nama emak katanya tidak ada di daftarnya," kata dia.

Mak Idah pasrah dan hanya bisa mengelus dada setiap melihat tetangganya berjalan beriringan untuk mengambil bantuan dari pemerintah.

Bekerja serabutan

Untuk menyambung hidup, Mak Idah bekerja serabutan, membersihkan ladang milik orang hingga membuat pocisan.

Pocisan merupakan gulungan daun pisang yang diikat dengan tusukan lidi sebagai wadah untuk menanam bibit sayuran, seperti wortel, kol, dan sawi.

"Seharian mocis bisa dapat 1.500 buah, itu pun dibantu sama anak dan cucu. Upahnya Rp 7.000. Tapi tidak rutin, kalau ada yang nyuruh aja, seminggu paling sekali atau dua kali," tutur mak Idah.

Karena itu, jika tidak punya uang untuk belanja kebutuhan sehari-hari, ia dan anaknya mencari dan meminta umbi-umbian ke kebun.

Melongok ke dalam rumahnya, tak ada satu pun barang berharga, yang tampak hanya sebuah kompor gas.

Mak Idah mengaku perkakas dapur itu peninggalan suaminya. Namun sudah lama tak dipakai.

“Ada buat beli gas tidak ada buat beli beras. Jadinya kalau masak pakai kayu bakar saja,“ ucap mak Idah.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/08/104615678/mampu-beli-gas-tapi-tak-ada-uang-beli-beras-potret-kemiskinan-di-cianjur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke