Salin Artikel

Geliat Brand Lokal Bandung Usai Dihajar Pandemi...

BANDUNG, KOMPAS - Antrean orang mengular di pintu masuk. Mereka bukan hendak menonton konser, melainkan berburu produk lokal yang didominasi brand Bandung.

Ya, setiap hari, lebih dari 10.000 warga datang ke acara Trademark Market Bandung. Acara ini menghadirkan 108 brand lokal dari mulai pakaian, celana, jaket, aksesoris, hingga makanan.

Harga yang ditawarkan terbilang nyaman di kantong. Bahkan banyak promo sehingga harga produk bisa kurang dari Rp 100.000.

"Aku kalap, barangnya bagus tapi harganya murah. Jangan salah, produk lokal keren-keren loh, desainnya juga cakep," ujar salah satu pengunjung, Rieke Fadilah.

Rieke membeli sejumlah kemeja untuk kebutuhan kerja dan kardigan. Dari harga Rp 120.000, ia dapat harga promo Rp 70.000.

Kebangkitan UMKM

Pemandangan Trademark Market 2022 ini salah satu bagian bukti kebangkitan UMKM setelah sempat babak belur dihantam pandemi Covid-19.

Seperti diketehui, UMKM berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Sebanyak 97 persen tenaga kerja di Indonesia bekerja di sektor UMKM. Sektor ini pun berkontribusi 61 persen terhadap GDP.

Namun saat pandemi, mereka berteriak. Studi LPEM FEB Universitas Indonesia dan UNDP pada September 2020 mencatat, peningkatan angka pengangguran tertinggi terjadi di sektor UMKM. 9 dari 10 UMKM di Indonesia mengalami penurunan permintaan produk-produknya selama pandemi.

Hal ini dialami pemilik brand lokal Bandung, Zalmore, Salmon. Ia mengungkapkan, saat pandemi awal, bisnisnya terpukul karena tidak bisa jualan sama sekali.

"Sempat down dan berpikir, kayanya emang ga cocok dagang," ucap Salmon kepada Kompas.com.

Namun perlahan ia mencoba bangkit dan kini berhasil menjual produk hingga 500-1.000 pcs per hari. Ia pun mencoba mengikuti sejumlah event seperti Trademark.

Hasilnya, banyak produknya yang habis terjual. Pembeli memadati booth Zalmore.

CEO Trademark Market Bandung, Saira Nisar mengatakan, geliat event maupun brand lokal sudah terlihat sejak Trademark Market Bandung Juli lalu yang dikunjungi 56.000 orang.

Saking antusiasnya pasar, banyak orang yang meminta Trademark digelar kembali. Padahal sejak awak Trademark Market diadakan satu tahun sekali.

"Banyak permintaan untuk digelar kembali karena banyak yang belum sempat datang," tutur Saira.

Karena permintaan yang tinggi, ia sepakat menyelenggarakan Trademark Market Vol.2 27-30 Oktober 2022 di Paris Van Java.

"Jujur, awalnya deg-degan karena acaranya berdekatan dengan Trademark Market 2022," ucap dia.

Namun ternyata antusiasmenya tingga. Bahkan pengunjungnya lebih banyak dibanding Trademark Market sebelumnya. Karena di weekdays, pengunjungnya di atas 10.000.

https://bandung.kompas.com/read/2022/11/01/204800478/geliat-brand-lokal-bandung-usai-dihajar-pandemi-

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com