Salin Artikel

Detik-detik Risma Sujud di Kaki Guru SLB, Berawal dari Janji Hibah yang Tak Ditepati

Momen mengejutkan itu dilakukan Risma saat cekcok dengan staf pengajar SLB Negeri A Pajajaran saat membahas kondisi bangunan SLB Negeri A Pajajaran.

Peristiwa itu bermula saat Risma menghadiri kegiatan pemberian bantuan sosial dari Kementerian Sosial kepada penerima manfaat di Balai Wyataguna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung.

Setibanya di Balai Wyataguna, Risma berkeliling area dari mulai sarapan di Kafe More, sebuah kafe yang dikelola oleh para penyandang disabilitas. Risma kemudian beranjak memilih tanaman hias hasil perawatan para penyandang disabilitas.

Sesuai dari keliling, Risma berjalan hendak menengok bangunan SLB Negeri A Pajajaran yang terlihat sudah mengkhawatirkan. Saat itu juga para pengajar dan staf sekolah menghampiri Risma.

Di hadapan mereka, Risma menawarkan agar bangunan sekolah yang hampir roboh itu diperbaiki.

“Mau tak perbaiki, nanti pas perbaikan tolong diamankan, soalnya banyak yang tunanetra,” ujar Risma.

Perbincangan mula-mula masih tenang dengan nada dan kalimat yang komunikatif, seketika obrolan memanas saat salah seorang pengajar menagih hibah lahan yang pernah dijanjikan oleh Kementerian Sosial.

"Pak ini susah, karena tanahnya ini ada di tengah gini, saya enggak bisa. Masalahnya apa? Sama-sama negaranya, makanya tadi yang penting saya bisa perbaiki (gedungnya). Ini kafe juga kami bangun untuk disabilitas,” ucap Risma.


Risma mulai naik pitam saat melihat seorang pengajar saling berbisik saat Risma menjelaskan mengenai hibah lahan yang dimaksud.

Seketika, mata Risma menuju seorang pengajar yang dinilainya tidak sopan dengan cara berbisik itu.

"Tolong pak jangan bisik-bisik, ngomong saja langsung ke saya,” tegas Risma.

“Kami bangunkan, apa masalahnya? Tolong jangan gitu, bapak ngomong saja ke saya (langsung), bapak jangan gitu, saya paling benci, ngomong ke saya,” sambung Risma.

Risma meminta, pihak sekolah tidak hanya ngotot soal hibah lahan, namun sekolah juga musti memikirkan keberlangsungan anak didik setelah lulus sekolah.

Meski sudah dijelaskan ihwal lahan dan bagaimana sekolah merawat para peserta didik sampai bisa mandiri secara ekonomi. Staf pengajar pun kembali nyeletuk bahwa mereka juga memikirkan peserta didik.

"Sama," kata Risma dengan nada melemah.

Seketika seorang pengajar perempuan yang juga penyandang tunanetra berbicara dari balik kerumunan. Pengajar itu menegaskan, jika perjuangan yang mereka lakukan mengenai hibah lahan bukanlah untuk kepentingan mereka.

"Makanya bu, kata saya kita berbagi (peran),” jawab Risma.

Pengajar tersebut kembali menimpali jawaban Risma dengan m minta untuk segera realisasikan apa yang telah dijanjikan.

Risma yang tak kuat dengan desakan para pengajar ini, tiba-tiba ia bertekuk lutut dan bersujud di depan kaki pengajar perempuan tersebut.

"Saya sujud ya Bu," kata Risma sembari merendahkan badan dan bersujud.


Tak lama, Risma pun langsung dibantu dibangkitkan oleh Staf Kementerian Sosial, sementara pengajar perempuan tiba-tiba menangis namun tetap berbicara.

Suasana di lokasi semakin tak kondusif, pembahasan antar dua pihak ini tidak menemui titik temu, para pengajar tersebut terus membahas soal hibah lahan.

Risma pun meminta kepala sekolah untuk ikut menjelaskan dan menenangkan suasana, tetapi pengajar lain tak fokus dan terus menuntut hibah lahan kepada Risma.

Risma menyampaikan, bahwa dirinya tidak bisa mengabulkan hibah lahan yang dimaksud lantaran Kemensos fokus memikirkan masa depan anak-anak disabilitas pascalulus dari sekolah tersebut.

Kehadiran Café More dan kios-kios di lingkungan Wyataguna pun diharapkan bisa membuat penyandang disabilitas menjadi mandiri.

“Pak dengerin saya, anak-anak ini untuk dapat pekerjaan, supaya setelah bisa bekerja sendiri, bukan untuk kepentingan Kemensos, coba pak lihat itu yang kerja semua anak-anak disabilitas, mereka bisa sekolah tetapi kalau gak bekerja gimana,” ujar Risma.

Pengajar perempuan kembali menimpali Risma, ia menegaskan bahwa pendidikan kepada para penyandang disabilitas jadi hal utama.

Perdebatan yang tidak ada titik temu itu pun diakhiri oleh Risma yang memilih meninggalkan lokasi dan bergegas ke Aula Wyataguna untuk menghadiri acara pemberian bantuan.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/21/125929278/detik-detik-risma-sujud-di-kaki-guru-slb-berawal-dari-janji-hibah-yang-tak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke