Salin Artikel

Soal Kemacetan Puncak Bogor, Dedi Mulyadi Sebut Pasar Tumpah Jadi Penyebabnya

BOGOR, KOMPAS.com - Masalah kemacetan di kawasan wisata Puncak Bogor, Jawa Barat, tak pernah tuntas ditangani sehingga menjadi perhatian banyak pihak. Tak ayal, kemacetan setiap hari libur selalu dikeluhkan oleh para wisatawan lokal maupun luar daerah.

Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja untuk meninjau permasalahan yang ada secara langsung di tempat wisata Taman Safari Indonesia (TSI) di Cisarua, Kabupaten Bogor, Senin (29/5/2023).

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menilai bahwa pasar tumpah selalu menjadi biang kerok berbagai kemacetan lalu lintas di jalur-jalur wisata. Akibat kemacetan tersebut, tempat-tempat wisata ada yang mengalami penurunan pengunjung. 

"Capeknya ke tempat wisata seperti ke Taman Safari Puncak Bogor ini adalah itu di jalannya, bukan berkunjungnya (liburan). Bagaimana pasarnya? Kalau pasarnya itu cuma satu, kan hanya tinggal kedisiplinan saja sebenarnya," ujar Dedi.

Dedi menyampaikan pengalamannya saat berkeliling Provinsi Jawa Barat. Dia menyebut, problem macet ialah pasar-pasar yang tidak tertib contohnya juga ada di Sukabumi.

"Problem di kita ini ya itu, saya keliling Jawa Barat dan di mana pun, problemnya cuma satu, pasar dan parkirnya ditertibkan. Misalnya saja di Sukabumi, kalau pasarnya ditertibkan yang parkir misalnya ada petugas yang mengatur setiap hari, nggak macet jugalah, jadi pasarnya benahi," imbuhnya.

Untuk itu, Dedi meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor untuk mendorong pembenahan pasar di jalur Puncak Bogor.

"Mudah-mudahan Pemkab Bogor segera bisa membenahi pasarnya," ucap Dedi.

Di samping itu, Ia juga bakal mendorong Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar segera mendesain atau membuat rencana kerja mengatasi kemacetan di jalur tersebut.

"Nah itu problemnya, itu kan kewenangannya di PUPR. Kementerian PUPR harus segera mendesain atau membuat rencana kerja. Saya pikir sudah punya ya rencana kerja untuk 2024, 2025, sehingga nanti terintegrasi dan tidak ada lagi kemacetan menuju Taman Safari," ungkapnya.

Mengenai wacana membangun underpass di Pasar Cisarua, Dedi menegaskan bahwa hal itu tak jadi soal asalkan tidak bertentangan dengan prinsip lingkungan.

Menurutnya, solusi mengatasi kemacetan di kawasan Puncak Bogor harus memberikan efesiensi.

"Prinsip dasar apapun satu, tidak bertentangan dengan prinsip lingkungan. Kedua, membangun efisiensi. Saya pikir silakan PUPR lebih tahu, ngerti ilmunya, segera dibangun. Karena Taman Safari ini bukan hanya urusan rekreasi, tapi penyelamatan hewan yang dilindungi," tambah Dedi.

Sementara itu, Direktur Taman Safari Indonesia Drs. Jansen Manansang MS.c mendukung penataan pasar agar kemacetan di kawasan wisata Puncak Bogor bisa teratasi.

"Saya minta tolong, masyarakat susah kalau datang ke sini membuang energi dan semuanya. Kalau bisa ditertibkan kalau bisa di pasarnya aja sama di Megamendung, dua point itu bisa lancar," ucap Jansen.

Ia juga mendukung wacana pembangunan fasilitas kereta gantung atau cable car. Menurutnya, selama itu tujuannya untuk mengatasi kemacetan harus didukung.

"Ini kan Taman Safari ini berbatasan dengan Gunung Gede Pangrango kenapa ga manfaatkan sana? Coba pengunjung kasih lihat dari sana (Gede Pangrango) melihat ke sini pakai cable car ini kan menarik," terangnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/29/230849478/soal-kemacetan-puncak-bogor-dedi-mulyadi-sebut-pasar-tumpah-jadi-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke