Salin Artikel

Camat Gelar Mediasi, Caleg yang Dituding Bikin Onar di Subang Bersuara

Diduga, caleg tersebut suaranya jeblok dalam Pemilu, dan lalu berbuat onar dengan menyalakan petasan di area permukiman warga Kampung Sengon, Desa Tambak Jati.

Camat Patokbeusi Aep Saepudin mengatakan, Muspika Patokbeusi mengundang beberapa pihak terkait dalam mediasi perkara ini.

Tujuannya mencari titik temu dari persoalan caleg yang dituduh meneror warga. Bahkan, sejauh ini mediasi telah digelar sebanyak dua kali.

"Saya Camat Patokbeusi bersama dengan Muspika hari ini sengaja mengundang perangkat Desa Tambak Jati dan juga perwakilan dari tokoh masyarakat khususnya Dusun Sengon," ujar Aep.

Aep mengatakan, Muspika Patokbeusi akan menindaklanjuti jika memang terdapat gangguan keamanan di masyarakat.

Meski demikian, ia meminta kepada seluruh masyarakat, khususnya di Kecamatan Patokbeusi untuk selalu menjaga kondusivitas di tengah proses Pemilu 2024 yang masih berlangsung.

"Bila memang ada perbuatan yang merugikan saya kira ini harus segera ditindaklanjuti secara keras."

"Tadi kami sampaikan kepada masyarakat juga saya titip setelah pertemuan ini juga menjaga kondusivitas di wilayahnya," kata Aep.

Aep menyayangkan terjadinya gangguan kamtibmas yang diduga dilakukan oleh salah satu caleg. Ia berharap persoalan serupa tak terulang lagi.

"Semuanya harus patuh kepada aturan-aturan yang ada dan tentu harus menjadi contoh teladan yang baik sehingga tidak membuat keresahan di masyarakat itu tentu harapan kami."

"Mudah-mudahan dengan mediasi ini dapat titik temu dan langsung kita upayakan menjaga cipta kondisi," ujar dia.

Bantah bikin onar

Sementara itu, Ahmad Rizal yang adalah caleg dapil 4 Kabupaten Subang membantah telah membuat onar dan meneror warga Desa Tambak Jati, Kecamatan Patokbeusi, dengan menggunakan petasan.

"Terkait dengan kabar tersebut itu sepenuhnya tidak benar," kata Ahmad Rizal.

"Pertama tentang meresahkan warga merasa diteror, ini tanya saja langsung sama warga merasa diteror atau tidak."

"Bahkan ada yang tidak kebagian pada minta petasan ke saya," ujar Ahmad di Kantor Kecamatan Patokbeusi.

Ahmad mengaku menyalakan petasan dilakukan di beberapa titik yang berada di Desa Tambak Jati. Namun, menurut dia, hanya satu kampung di desa itu yang mempersoalkan kejadian ini.

"Artinya kalau memang merasa diteror kenapa cuman satu kampung yang mempertanyakan padahal kan ada delapan kampung di Desa Tambak Jati yang ikut menyalakan petasan," kata Ahmad.

Ahmad mengatakan, penyalaan petasan berawal dari sebagian warga Desa Tambak Jati yang menganggap dirinya meraih suara terbanyak, dan mengklaim kemenangan pada Pileg 2024 untuk DPRD Subang.

Untuk merayakan raihan suara itulah, dia bersama warga menyalakan petasan.

"Banyak pemberitaan yang menyebutkan bahwa menyalakan petasan di tempat yang suara saya kecil, justru di lokasi itu suara saya paling besar."

"Jadi warga menganggap kalau saya itu menang dan terus euforia terus bakarlah petasan, jadi bukan karena kalah kemudian meneror, tidak ada yang meneror, tidak ada kerusakan mesjid juga," kilah Ahmad.

Ahmad juga menyinggung soal pembongkaran jalan yang dia dilakukan.

Ia lagi-lagi berkilah, pembangunan jalan tersebut bukan berasal dari dana aspirasi masyarakat.

Pembangunan itu menggunakan dana pribadi saat masih menjabat sebagai anggota DPRD Subang periode 2014-2019.

"Terus soal pembongkaran coran. Gini, coran itu dari tahun berapa. Itu memang sudah ada kesepakatan dan janji bersama warga Blok Jambu itu sepenuhnya memilih saya."

"Cuman saya bilang kalau suara saya jelek saya angkat lagi yah terus dijawab sama mereka oke siap. Ternyata suara saya hanya 40, jelek, terus saya tagih janjinya dong," ujar dia.

"Saya tegaskan jalan coran itu bukan dana aspirasi itu merupakan uang pribadi, dan itu bukan jalan umum tapi jalan buntu, jadi tidak ada itu dari dana aspirasi," kata Ahmad.

Nenek meninggal

Diberitakan sebelumnya, seorang nenek di Subang meninggal dunia, diduga kaget mendengar suara petasan jumbo yang dinyalakan oleh sang caleg.

Nenek yang meninggal tersebut diketahui bernama Dayeh (60), yang meninggal pada Sabtu (24/2/2024) sore.

Sebelumnya, perempuan itu sempat dirawat di rumah sakit karena drop setelah mendengar suara petasan di sekitar rumahnya di Dusun Sengon.

Korban diduga memiliki riwayat sakit jantung, dan langsung mengalami penurunan kondisi setelah mendengar suara petasan yang keras.

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/26/201416578/camat-gelar-mediasi-caleg-yang-dituding-bikin-onar-di-subang-bersuara

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com