Pemantauan dilakukan terutama untuk hewan dilindungi, khususnya tiga spesies kunci, yakni owa jawa, elang jawa, dan Panthera pardus melas atau macan tutul jawa.
Kepala Balai Besar TNGGP Sapto Aji Prabowo mengatakan, langkah ini sebagai bagian dari upaya pelestarian satwa yang keberadaannya hampir punah tersebut.
Selain itu, menurut dia, keberadaan tiga spesies kunci tersebut, terutama elang jawa dan macan tutul sebagai top predator menjadi parameter kelestarian alam di dalam kawasan.
“Kenyataan itu kan mengindikasikan kalau mamalia di bawahnya, seperti kancil, rusa, babi hutan dan satwa lainnya sebagai buruan mereka masih eksis,” kata Sapto kepada Kompas.com di kantornya, Senin (3/6/2024).
Sapto meyakini ketiga spesies kunci tersebut masih eksis, serta berdasarkan hasil tangkapan camera trap serta survei yang pernah dilakukan pada 2019, 2021, dan 2022.
“Data populasinya, untuk elang jawa sebanyak 40 ekor, owa jawa 416 ekor, dan macan tutul ada 24 ekor,” ujar dia.
Sapto mengajak pengunjung dan pendaki turut menjaga populasi hewan yang keberadaannya semakin langka dan hampir punah tersebut, salah satunya dengan berperilaku cerdas.
“Salah satu perilaku pendaki cerdas adalah tidak membuang sampah sembarangan di dalam kawasan, kendati itu sampah organik karena keberadaan sampah-sampah itu bisa merubah perilaku herbivora yang ada di hutan,” ujar Sapto.
https://bandung.kompas.com/read/2024/06/03/185713878/pantau-satwa-terancam-60-kamera-disebar-di-gunung-gede-pangrango