Salin Artikel

Demo Tolak RUU ODOL, Ribuan Sopir Truk Tutup Pintu Tol Seroja Bandung

Penutupan yang dimulai sejak pukul 12.00 WIB ini merupakan aksi protes terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) yang mengatur kendaraan angkutan barang dengan status "Over Dimension Over Loading" (ODOL).

Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa truk-truk, mulai dari truk engkel hingga mobil bak terbuka, memenuhi sepanjang pintu tol Soroja menuju kantor Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.

Para pengemudi truk sengaja memarkirkan kendaraan mereka di badan jalan, yang menyebabkan arus lalu lintas dari pintu keluar tol menuju Soreang lumpuh total selama satu jam.

Dalam aksi tersebut, para sopir menghiasi truk mereka dengan berbagai tulisan bernada tuntutan terkait RUU ODOL.

Sejumlah petugas gabungan dari TNI dan Polri juga terlihat berjaga di depan pintu keluar tol dan berupaya mengurai kemacetan.

Cecep Beetle, Koordinator Aksi Demonstrasi Sopir Truk Bandung Selatan, menjelaskan bahwa penolakan terhadap RUU ODOL ini disebabkan oleh dampak langsung yang dirasakan masyarakat.

"Ini aksi ODOL, dengan kebijakan ini, kami menolak karena ini imbasnya ke masyarakat juga," ungkapnya di lokasi.

Aksi tersebut dimulai sejak pagi hari.

Sebelum menutup pintu keluar tol Soroja, massa aksi terlebih dahulu mendatangi kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bandung.

Cecep menyebutkan bahwa ada beberapa tuntutan yang disampaikan kepada Dishub, termasuk penolakan terhadap RUU ODOL agar dibawa ke pemerintah pusat.

"Terlepas dari itu, dari pihak instansi pemerintahan, katanya mau dibawa ke tingkat Provinsi," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa hasil audiensi dengan pihak Dishub menunjukkan bahwa di Bandung Selatan untuk sementara tidak ada tindakan terkait RUU ODOL, hanya ada sosialisasi.

"Tapi alhamdulillah, tadi saya sudah ada kesepakatan bahwa di Bandung Selatan belum ada tindakan. Tapi sosialisasi saja, kemudian hanya ada overloading, tidak ada over dimension atau penambahan chasis," terangnya.

Aksi demo sopir truk berlangsung serentak

Cecep menegaskan bahwa aksi ini berlangsung secara serentak di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia.

"Ini bisa dikatakan spontanitas, karena solidaritas. Jadi tadi di Dishub sudah ada kesepakatan. Silakan bubar, katanya dari Dishub sama Kepolisian akan dibantu," ujarnya.

Dia juga menambahkan bahwa jika dikaji secara mendalam, RUU ODOL tersebut bisa sangat menguntungkan bagi pemilik truk karena biaya pemeliharaan yang lebih murah.

"Kami pengemudi minta ada solusi, karena imbasnya nyata. Tapi selaku pemilik kendaraan dengan adanya RUU ini sangat diuntungkan karena pemeliharaan lebih murah," ungkapnya.

Meskipun telah mendapatkan solusi sementara dari Dishub Kabupaten Bandung, Cecep tidak menutup kemungkinan akan ada aksi lanjutan jika pemerintah pusat tetap memaksakan RUU tersebut.

"Ya, kembali lagi ke pihak terkait (pemerintah pusat). Kalau dari pihak terkait tidak ada tindakan, maka dari driver akan ada tindak lebih lanjut," tegasnya.

Hingga berita ini ditulis, arus lalu lintas di Jalan Exit Tol Soroja masih ditutup sementara.

Pengemudi dari arah Tol Soroja diarahkan menuju Jalan Raya Gading Tutuka menuju perempatan Gading Tutuka.

https://bandung.kompas.com/read/2025/06/19/144512878/demo-tolak-ruu-odol-ribuan-sopir-truk-tutup-pintu-tol-seroja-bandung

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com