Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: Sejarah, Flora dan Fauna, hingga Tempat Wisata di Dalamnya

Kompas.com, 10 Februari 2022, 12:30 WIB
William Ciputra

Penulis

KOMPAS.com - Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu taman nasional tertua di Indonesia yang berada di Jawa Barat.

TNGGP memainkan peranan penting dalam sejarah konservasi di Indonesia sejak pertama kali didirikan pada tahun 1980 lalu.

Beberapa flora dan fauna langka yang dilindungi dapat ditemukan di TNGGP yang memilki luas mencapai 14.270,80 hektare ini.

Selain itu, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango juga menjadi tempat wisata yang memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Sejarah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Nama Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diambil dari nama dua gunung yang berada di kawasan tersebut, yaitu Gunung Gede dan Gunung Pangrango.

Kawasan ini dikenal sebagai salah satu tempat favorit dan tertua bagi penelitian tentang alam di Indonesia.

Pendakian ke pucnak Gunung Gede sendiri pertama kali dilakukan pada April 1819, oleh direktur pertama Kebun Raya Bogor, yaitu Reinwardt.

Sejak saat itu, banyak sekali pendakian dan penelitian yang dilakukan di kawasan TNGGP ini.

Cikal bakal TNGGP sendiri dapat dilihat dari pendirian cagar alam dan kawasan konservasi hayati pada tahun 1889.

Kawasan cagar alam itu mencakup puncak-puncak Gunung Gede dan Pangrango dengan luas awal 240 hektare.

Lalu pada tahun 1926, cagar alam pertama di Indonesia ini diperluas lagi hingga mencapai 1.200 hektare.

Perluasan kembali dilakukan pada tahun 1979, yaitu dengan menambah luas kawasan hingga total luasnya mencapai 14.000 hektare.

Baru pada tahun 1980, cagar alam ini digabungkan dengan beberapa suaka alam yang ada di sekitarnya untuk menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Secara administratif, TNGGP ini mencakup wilayah Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat.

Flora dan Fauna di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Owa Jawa menjadi salah satu fauna langka dan dilindungi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.indonesia.go.id Owa Jawa menjadi salah satu fauna langka dan dilindungi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sebagai taman nasional, kawasan TNGGP tentu menyimpan beraneka ragam hayati yang dilindungi.

Beberapa flora dan fauna di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango termasuk langka dan hanya ditemukan di sana alias endemik.

Tercatat ada 870 jenis tumbuhan berbunga dan 150 jenis paku-pakuan yang dilindungi di kawasan ini.

Beberapa flora endemik di kawasan ini antara lain uwi, jernang, pinang hijau, kapulaga, dan lain sebagainya.

Sementara fauna di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango juga beragam.

Di antara fauna endemik kawasan ini adalah owa jawa, lutung surili, anjing ajag, macan tutul, biul slengket, hingga bajing terbang.

Tempat Wisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Jembatan gantung Situgunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Resort Situgunung, Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat, Jembatan gantung Situgunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Resort Situgunung, Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat,
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sangat cocok untuk menjadi tempat wisata sekaligus edukasi hayati.

Di kawasan ini terdapat beberapa curug atau air terjun seperti Curug Sawer dan Curug Cibeureum di Sukabumi, serta Curug Cikarak di Bogor.

Selain itu ada pula Situ Gunung di Sukabumi yang terkenal dengan Suspension Bridge atau Jembatan Gantung Situ Gunung.

Jembatan ini berada di dekat Curug Sawer, sekaligus menjadi salah satu akses menuju lokasi air terjun tersebut.

Panjang jembatan gantung ini mencapai 243 meter, dan menjadi jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara.

Sumber:
Kompas.com
Gedepangrango.org

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau