BANDUNG, KOMPAS.com - Ibu Imas tak bisa membayangkan bagaimana nasib anak-anak yang bersekolah di SDN Margahayu 6,7,9 dan 10 jika gugatan terhadap sekolah tersebut dimenangkan oleh ahli waris.
Pasalnya, hampir semua warga Kampung Manglid, Desa Margahayu Selatan, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, bersekolah di SD tersebut.
Selain itu, SDN Margahayu menjadi tumpuan satu-satunya bagi warga agar anak-anaknya bisa merajut pendidikan yang layak.
"Di wilayah sini SD cuma tiga, SDN Sadang, SDN Sukamenak, dan SDN Margahayu. Betul sekolah itu udah tua, sudah lama, warga sini tahu betul sekolah itu," katanya ditemui, Kamis (19/5/2022).
Imas mengatakan, SDN Margahayu sudah berdiri sejak lama. Rata-rata sepuh (orang yang dituakan) di Kampung Manglid menempuh Sekolah Pendidikan Dasar di SDN Margahayu.
"Dari zaman Ibu saya, juga udah ada (SDN Margahayu). Kakak saya yang sudah tua juga sekolah di sini, bahkan saya juga alumni di SDN Margahayu," kata dia.
Lantaran keluarga besarnya kebanyakan bersekolah di SDN Margahayu, Imas tahu betul seluk beluk sekolah tersebut.
Mulai dari tenaga pengajar yang silih berganti, Kepala Sekolah yang datang dan pergi, hingga tahap renovasi bangunan SDN Margahayu.
"Banyak saudara saya juga sekolah di sini. Ini mah (SDN Margahayu) kalau nggak salah tahun 60-an akhir juga udah ada. Makanya nggak aneh kalau banyak warga yang anak-anaknya pasti sekolah di sini," tutur dia.
Menurutnya, bangunan SDN Margahayu sudah tua. Pembangunan atau bantuan, terhitung lambat untuk datang sekedar merenovasi SD tersebut.
"Memang perubahannya gak signifikan, ya bisa dibilang lambat, beda dengan sekolah lain. Tapi kemarin-kemarin alhamdulilah sempat ada renovasi, memang sekolah berjasa buat warga sekitar," terangnya.
Meski di wilayah Desa Margahayu Selatan terdapat tiga sekolah. Diakuinya, SDN Margahayu tetap menjadi pilihan pertama.
Bahkan, kata dia, banyak warga Kampung sebelah yang menyekolahkan anaknya di SDN Margahayu.
"Memang jadi pilihan, karena posisinya di tengah-tengah pemukiman warga. Banyak juga dari kampung sebelah yang anaknya sekolah di sini, seperti Kampung Panyingkur dan Sekeloa," ujar Imas.
Kendati banyak berjasa terhadap warga sekitar, Imas mengaku tak menyangka bahwa tanah SDN Margahayu sedang digugat.
Meski tak tahu, ia ikut prihatin mendengar kabar tersebut.
"Tidak tahu kalau sekolah tanahnya sedang di gugat, bahkan sama penjaganya kan saya kenal, satu yang suka dagang tahu bulat satu lagi masih warga sini, mereka gak pernah ngomong, tapi saya ikut prihatin kalau memang itu terjadi," jelasnya.
Kepada Kompas.com, Imas sempat mendengar nama dari pemilik tanah tersebut yaitu Almarhum Pak Apandi dan Ibu Icih.
"Sempat denger tapi nggak tahu orangnya yang mana, udah meninggal atau belum. Bahkan anak-anaknya juga saya nggak tahu, padahal saya asli warga sini," ungkapnya.
Baca juga: Tanah Digugat Ahli Waris, SDN Margahayu Bandung Terancam Terganggu
Jika gugatan dimenangkan oleh ahli waris, Imas tak bisa membayangkan bagaimana nasib murid-murid SDN Margahayu.
Apalagi, kata dia, saat ini murid kelas 6 sedang melakukan ujian akhir dan jumlah murid kelas 1 sampai 5 terhitung cukup banyak.
"Kalau betul ya kasian warga yang sekolah di sini, satu-satunya terus jarak juga dekat. Apalagi sekarang sedang pada ujian terus murid-muridnya juga cukup banyak," bebernya.
Ia berharap baik kedua belah pihak bisa menemukan titik temu dari perseteruan tersebut. Bahkan, Imas meminta pemerintah setempat ikut andil dalam proses penyelesaian.
"Kalau pun akhirnya harus dikosongkan, baiknya melibatkan pemerintah setempat, supaya bisa tenang ke orang tua murid, nasib anaknya gimana sekolahnya dilanjutkan dimana," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.