Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru Berumur 3 Minggu, Begini Tingkah Lucu Bayi Tapir di Kebun Binatang Bandung

Kompas.com, 20 Mei 2022, 21:41 WIB
Agie Permadi,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Suasana pagi itu cukup cerah, semilir angin dan gemerisik dedaunan saling bersautan seolah menyambut keluarga baru di Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Garden.

Riuh pengunjung pagi itu lamat-lamat terdengar mendekati satu kandang satwa yang terletak di antara kandang burung dan Binturong.

Kandang itu tiba-tiba menjadi perhatian, seorang pengunjung terdengar antusias ketika melihat sosok bayi tapir yang tengah berlari lincah di kandang.

Baca juga: Seekor Tapir Masuk ke Kebun Warga, Kondisinya Lemah dan Terluka

"Lucunya, tapirnya masih kecil," ucap seorang pengunjung.

"Iya bulunya juga belang-belang ya," timpal pengunjung lainnya.

Sang keeper yang saat itu tengah memberi makan si tapir kecil menjawab, tapir ini baru dilahirkan beberapa minggu lalu.

"Keluarga baru kita bu, baru lahir beberapa waktu lalu," ucap seorang keeper sambil mengelus-elus tapir kecil itu.

Humas Bandung Zoological Garden Sulhan Syafii menjelaskan, bayi tapir ini lahir pada Kamis (28/4/2022) dini hari.

Dia merupakan anak dari hasil perkawinan antara induk betina Tinuk (12) yang datang ke Bandung Zoo pada akhir 2015 lalu, dan Marcel (8) yang lahir di Bandung Zoo.

Pada malam sebelum lahir, tim dokter Bandung zoo melakukan pemantauan dan observasi kesehatan terhadap sang induk.

Namun ternyata, bayi tapir ini lahir pada dini hari tanpa sepengetahuan petugas maupun tim dokter.

Tim dokter dan keeper justru baru mengetahui kelahirn si bayi tapir pada pagi hari.

"Lahirnya dini hari, kita saja tahunya pas pagi si bayi tiba-tiba udah ada, menempel sedang nyusu di induknya," ucap Sulhan di Bandung Zoological, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (20/5/2022).

Tingkah Lucu Bayi Malayan Tapir atau Tapir Asia (Tapirus Indicus) yang pertama kali ditampilkan ke publik di Kebun Binatang Bandung, Jumat (20/5/2022)KOMPAS.COM/AGIE PERMADI Tingkah Lucu Bayi Malayan Tapir atau Tapir Asia (Tapirus Indicus) yang pertama kali ditampilkan ke publik di Kebun Binatang Bandung, Jumat (20/5/2022)

Pertama kali diperlihatkan

Setelah tiga pekan menempel induknya, untuk pertama kalinya sang bayi diperlihatkan ke publik dengan melepaskannya di kandang sang induk.

Tubuh mungilnya itu memiliki corak bulu yang berbeda dengan induknya, bayi tapir cenderung belang bergaris pendek.

Menurut dokter hewan Bandung Zoological Garden Josephine Bernadette, bayi tapir ini dilahirkan secara normal tanpa ada campur tangan manusia.

Saat dilahirkan bayi tapir dalam kondisi sehat dengan berat mencapai 5-6 kilogram.

Ketika tim dokter pertama kali melihat bayi tapir bersama induknya, pihaknya membiarkan mereka berinteraksi tanpa gangguan manusia.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kondisi stres bagi kedua satwa tersebut.

"Setelah beberapa minggu kita belum timbang lagi, karena khawatir stres kalo dipegang. Jadi kita biarkan natural dalam satu kandang, bagus bagi interaksi induk dan anaknya," ucap Josephine.

Josephine berkata, bayi malayan tapir atau tapir Asia (Tapirus indicus) ini baru bisa lepas susu setelah umur tiga bulan, dan dapat berpisah dari induknya ketika berumur 6-8 bulan. 

Seiring itu pula, si bayi yang tumbuh akan mengganti bulu belangnya pada saat kecil, berubah menyerupai induknya.

"Biasanya dari umur 6-8 bulan sudah berubah warna badannya. Umur dua tahun dewasa kelamin. Setelah itu kita pisahkan, karena mereka soliter sebetulnya tapi karena sebenarnya ini sama-sama betina, jadi kalaupun dalam satu kandang justru itu bagus, sehingga ada interaksi," ucap Joshephine.

Mengingat sang bayi belum dapat lepas susu dari induknya, pihak kebun binatang bandung memastikan pakan dengan protein yang cukup bagi sang induk agar susu yang dikeluarkan lancar bagi bayi tapir betina itu.

Adapun makanan yang diberikan bervariasi mulai dari rumput, kangkung, kacang panjang, wortel, hingga pepaya.

"Makanan pokoknya itu daun, kalau cemilan biasanya daun nangka, daun kupu-kupu, itu mereka makan," ucap Sulhan, seraya menambahkan bahwa usia tapi di alam bebas bisa mencapai 30-40 tahun tergantung habitatnya.

Baca juga: Seekor Tapir yang Dilepasliarkan BKSDA Ditemukan di Jalan Raya, Videonya Viral

Namun bayi tapir ini belum diberikan nama, Sulhan mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah memberikan kesempatan kepada siapapun untuk menjadi orang tua asuh bayi tapir sekaligus memberikan namanya.

"Terbuka siapa saja bisa kasih nama, bahkan jika berminat jadi orang tua asuh lebih baik lagi, nanti kita verifikasi dan wawancara sejauh mana pemahaman orang tua asuh itu terhadap satwa sekaligus kita edukasi juga," ucapnya.

"Tapi kalau tidak ada yang berminat ya kita kasih nama saja, tapi sejauh ini kita masih memberikan kesempatan kepada publik," tambahnya.

Dengan hadirnya bayi tapi itu, maka koleksi tapir di Bandung Zoo pun bertambah menjadi 10 ekor secara total keseluruhan.

"Kita koleksinya 6 jantan dan 4 betina, termasuk bayi tapir betina ini," ucapnya

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau