Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Selasar Sunaryo, Tempat Transitnya Seniman Indonesia ke Kancah Internasional

Kompas.com - 25/05/2022, 10:19 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Didirikan saat Indonesia menghadapi krisis ekonomi dan politik, tepatnya 1998, Selasar Sunaryo kini menjadi rumah para seniman muda yang belum memiliki nama.

Bisa dibilang, Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) sebagai tempat transitnya para seniman Indonesia hingga akhirnya mereka bisa berhasil di kancah internasional.

Setidaknya itulah yang dirasakan Sunaryo, seniman kaliber dunia yang juga pemilik Selasar Sunaryo Art Space.

"Saya lihat ke Singapura, Hong Kong, dan negara lain, ada nama seniman Indonesia (pameran di sana). Nama-nama tersebut pernah ada di sini," ujar Sunaryo kepada Kompas.com di SSAS Bandung, akhir pekan lalu.

Baca juga: Tahapan dalam Kritik Seni

Baginya Selasar Sunaryo sekarang masih sama dengan dulu saat ia berjuang mendirikannya. Dulu, Selasar membangun komunitas untuk berkesenian.

Tidak hanya bagi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) tempat ia mengajar, tapi bagi siapapun yang memiliki kemampuan seni rupa.

Ada kalanya, ia memodali mereka kanvas, agar mereka bisa mencurahkan kemampuan melukisnya. Diam-diam, lukisan tersebut ia pajang di pameran ITB.

"Mereka (yang melukis) pada kaget," ucapnya sambil tertawa.

Infrastruktur Seni Rupa

Sunaryo menjelaskan, pada masa Presiden Soeharto, seni rupa tengah booming di Indonesia. Hal itu membuat galeri dinilai sebagai sesuatu yang komersil.

Anggapan ini membuat Sunaryo ragu membuat galeri. Namun ia memberanikan diri tetap membangunnya. Dibantu Jim Supangkat, Sunaryo mewujudkan mimpinya membangun Selasar Sunaryo.

"Jim Supangkat bilang selasar itu open koridor, ada unsur yang memanjang semacam transit untuk lewat. Menggambarkan proses eksperimental dan lainnya," beber dia.

Itu pula yang membuat Sunaryo melambangkan SSAS sebagai trapesium. Hal itu bisa dilihat saat pengunjung memasuki SSAS.

"Trapesium itu separuhnya (dari bentuk bangunan rumah), karena itu Selasar Sunaryo ingin berkontribusi membantu membangun infrastruktur seni rupa di Indonesia,” tutur dia.

Seniman Sunaryo tengah menceritakan perjalanan Selasar Sunaryo di Indonesia.KOMPAS.com/RENI SUSANTI Seniman Sunaryo tengah menceritakan perjalanan Selasar Sunaryo di Indonesia.

Salah satu programnya adalah Bandung New Emergence. Di sini, seniman yang tidak menempuh sekolah dan belum memiliki nama bisa menampilkan karyanya.

Ada pula kurator yang ingin meniti karir. Bagi mereka, SSAS bisa menjadi wadahnya. Bahkan SSAS menyediakan mentornya.

"Bisa menjadi semacam transit bagi mereka sebelum berkiprah lebih jauh,” ucapnya.

Pameran 'Menyatakan Jarak'

Seperti yang sekarang terlihat di SSAS. Ada sejumlah pameran yang tengah digelar.

Misalnya di Ruang Sayap, terdapat dua perupa muda, Rizal N Ramadhan dan Nadya Jiwa memamerkan karya bertajuk ‘Batang Mati, Cendawan Tumbuh’ dengan kurator Puja Anindita.

Baca juga: Bale Pinton di Situ Ciburuy Tak Didirikan Kembali, Seniman dan Budayawan Meradang

Rizal menampilkan instalasi seni dan cetak digital. Sedangkan Jiwa menampilkan lukisan. Karya mereka berangkat dari amatan terhadap kondisi sungai kehidupan yang beberapa bagiannya telah termakan usia, hingga melahirkan tafsir soal abadi dan yang sementara.

Kemudian di Ruang Bale Tonggoh, terdapat pameran bertajuk ‘Menyatakan Jarak : Bandung-Leiden’. Pameran yang diikuti mahasiswa Integrated Arts Universitas Parahyangan (Unpar) ini mengajak pengunjung menyelami spektrum lain dari sejarah masa lalu.

Sejumlah karya ditampilkan. Beberapa di antaranya foto monokrom objek salah satu sudut di Kota Bandung yang ditempel di atas plastik berwarna cerah karya Zaldi Armansyah.

Karya lainnya datang dari Zico Albaiquni. Beberapa arsip foto dengan objek yang berbeda disatukan dengan latar Kebun Raya Bogor.

Pada masa sebelum kolonial Belanda, tempat tersebut merupakan hutan buatan. Ada titik di lokasi tersebut menjadi tempat semedi, prasasti, satu keluarga bermain, hingga berbagai makanan.

Salah satu karya yang dipamerkan dalam pameran Menjaga Jarak di SSAS Bandung. Lukisan ini menggambarkan tentang kebun sawit di Indonesia. KOMPAS.com/RENI SUSANTI Salah satu karya yang dipamerkan dalam pameran Menjaga Jarak di SSAS Bandung. Lukisan ini menggambarkan tentang kebun sawit di Indonesia.

Karya lain yang sarat akan kritik sosial adalah sawit. Karya ini menggambarkan bagaimana hutan di Indonesia diubah menjadi kebun.

Bagus Pandega dan Kei Imazu menggambarkan lukisan tersebut dengan dominasi hijau dan hitam.

Menunjukan sejarah perkembangan perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah Hindia Belanda hingga Jepang.

Uniknya, dengan menggunakan mesin bernama Artificial Green by Nature 3.0, lukisan itu perlahan-lahan akan dihapus.

Caranya, mesin itu digerakan oleh sistem komputasi yang berasal dari sensor pohon sawit. Di ujung mesin, terdapat kuas dan selang air untuk menghapus lukisan. Pohon sawit yang berada di ruangan disinari oleh sinar ultraviolet agar tetap hidup.

“Lukisan ini menggambarkan bagaimana pohon sawit berkembang di wilayah Palembang hingga berkembang dan menyumbang deforestasi yang mengancam tanaman dan hewan endemik (di berbagai wilayah),” ucap penggagas pameran tersebut, Theo Frids Hutabarat.

Menurut Theo, proyek besar ‘Anonim’ berlatar dari dibukanya arsip kolonial di KITLV secara digital dan daring. Akses tersebut bisa mengantarkan kepada ruang yang sudah dikenal namun di saat bersamaan tampak asing, sebab ada di luar spektrum sejarah yang dikenalkan di bangku sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Jalur Mudik Lebaran, Ada Jalan Bergelombang dan Minim PJU di Cianjur

Cek Jalur Mudik Lebaran, Ada Jalan Bergelombang dan Minim PJU di Cianjur

Bandung
Penutupan Pendakian Gunung Gede Pangrangro Diperpanjang

Penutupan Pendakian Gunung Gede Pangrangro Diperpanjang

Bandung
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Barat, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Barat, 29 Maret 2024

Bandung
Sosok Wanita Penyimpan Puluhan Senjata Api Ilegal di Bandung...

Sosok Wanita Penyimpan Puluhan Senjata Api Ilegal di Bandung...

Bandung
Warga Keluhkan Air dari SPAM Gedebage Bandung Keruh

Warga Keluhkan Air dari SPAM Gedebage Bandung Keruh

Bandung
Pembunuhan Penjual Madu di Serang Banten Direncanakan, Pelaku Nyamar Jadi Pembeli

Pembunuhan Penjual Madu di Serang Banten Direncanakan, Pelaku Nyamar Jadi Pembeli

Bandung
Catat, 8 Titik Putaran Balik di Karawang yang Tetap Buka Saat Mudik 2024

Catat, 8 Titik Putaran Balik di Karawang yang Tetap Buka Saat Mudik 2024

Bandung
Deretan Toko dan Bank di Jalan Tasikmalaya-Garut Kebakaran, Bermula Api dari Kios Bakso

Deretan Toko dan Bank di Jalan Tasikmalaya-Garut Kebakaran, Bermula Api dari Kios Bakso

Bandung
Banding Panji Gumilang terhadap Ridwan Kamil Ditolak Pengadilan Tinggi Bandung

Banding Panji Gumilang terhadap Ridwan Kamil Ditolak Pengadilan Tinggi Bandung

Bandung
Mudik 2024, 1.500 Personel Gabungan dan 26 Pos Disiapkan di Bandung

Mudik 2024, 1.500 Personel Gabungan dan 26 Pos Disiapkan di Bandung

Bandung
6 'Debt Collector' yang Ancam Korbannya di Nagreg Bandung Diamankan

6 "Debt Collector" yang Ancam Korbannya di Nagreg Bandung Diamankan

Bandung
Balap Lari Liar di Tasikmalaya Dibubarkan Polisi, Ajang Perjudian dan Ganggu Arus Kendaraan

Balap Lari Liar di Tasikmalaya Dibubarkan Polisi, Ajang Perjudian dan Ganggu Arus Kendaraan

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Pembunuh Ibu dan Anak di Subang Disidang Hari Ini

Pembunuh Ibu dan Anak di Subang Disidang Hari Ini

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com