BANDUNG, KOMPAS.com - Arsitektur bangunan masyarakat Sunda di masa lalu lebih siap menghadapi gempa. Ini memperlihatkan, nenek moyang sunda paham mitigasi gempa.
Pemerhati Budaya Sunda dari Lembaga Adat Karatuan Padjadjaran, Roza Rahmadjasa Mintaredja
“Kita bisa melihat bahwa jaman bihari (zaman dulu) nenek moyang kita sudah paham akan gempa dan sudah memitigasi terhadap gempa itu dengan bangunan-bangunan konstuksi arsitektur yang tahan gempa sampai 9 atau 10 (magnitudo),” kata Roza dalam Keurseus Budaya Sunda dengan materi “Arsitektur Sunda”, Rabu (18/1/2023).
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Tahun Baru 2023 Bahasa Sunda
Roza menjelaskan, bangunan nenek moyang Sunda dulu biasanya berbahan batu, kayu, dan bambu.
Salah satu kelebihan penggunaan bambu adalah memiliki daya lentur. Penggunaan bambu tersebut didasarkan karena nenek moyang sudah mengerti akan mitigasi terhadap bencana gempa.
Sebagai wilayah yang masuk kawasan zona cincin api (ring of fire) dengan jumlah 140 gunung berapi dan pertemuan antara lempeng Sunda dan lempeng Australia, wilayah ini rawan mengalami gempa vulkanik ataupun tektonik.
Baca juga: Skenario ASDP Hadapi Ancaman Cuaca Buruk di Selat Sunda
Roza pun menyayangkan masyarakat sekarang seakan tidak memiliki antisipasi tinggal di cincin api dan rawan terkena bencana gempa.
Padahal, tinggal di zona cincin api, harus ada mitigasi bencana secara serius.
“Gempa-gempa itu mengakibatkan bencana yang tidak bisa kita anggap remeh karena bangunannya yang tidak sesuai dengan antisipasi gempa,” kata Roza.
Untuk itu, dalam membuat bangunan, diharapkan tidak sembarangan dan turut mengantisipasi adanya bencana gempa. Roza pun menilai bahwa bambu adalah bahan untuk masa depan.
“Jangan sembarangan kita membuat rumah itu. Karena rumah bambu itu dianggap rumah kampungan, orang-orang ada yang malu memakai rumah bambu. padahal justru itu yang paling ramah terhadap lingkungan dan ramah terhadap gempa. Jadi gempa itu bisa diantisipasi,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.