Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Baswedan Hadiri Acara Jalan Sehat Nasdem Jabar di Stadion Jalak Harupat, Sempat Terjadi Penolakan

Kompas.com, 22 Januari 2023, 10:35 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Khairina

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Calon Presiden yang diusung Partai Nasdem Anies Baswedan  disambut meriah oleh ribuan masyarakat Kabupaten Bandung, saat menghadiri kegiatan Jalan Sehat yang digelar Partai Nasdem Jawa Barat di Stadion Jalak Harupat pada Minggu (22/1/2023).

Pantauan Kompas com, begitu turun dari kendaraannya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu langsung disambut relawan dan masyarakat umum.

Anies datang pukul 08.00 WIB dan langsung menuju lapangan panahan yang berada tepat di depan Lapangan Stadion Jalak Harupat.

Baca juga: Ramai Dipasangkan dengan Ridwan Kamil, Anies: Di Medsos Siapa Aja Ramai

Relawan hingga masyarakat umum rela berdesakan hanya untuk bersalaman dengan Anies Baswedan.

Meski dalam kondisi yang berdesakan, Anies Baswedan tetap melambaikan tangan dan mencoba menyalami satu per satu sambutan warga.

Baca juga: Optimistis Taklukkan Kandang Banteng, DPD Anies Targetkan 18.000 Relawan

Kondisi tersebut, berlangsung hingga Anies Baswedan menaiki panggung utama.

Teriakan "presiden" hingga nama Anies Baswedan terus dikumandangkan oleh masyarakat yang ikut memeriahkan acara Jalan Sehat itu.

Sempat terjadi penolakan

Sementara di luar Stadion Si Jalak Harupat, puluhan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Kabupaten Bandung (AMKAB) menggelar aksi penolakan kedatangan Anies Baswedan.

Koordinator Aksi, Abie mengatakan kedatangannya ke acara tersebut bukan untuk menggagalkan kegiatan tersebut.

Namun, kata dia, kedatangannya untuk menyampaikan aspirasi masyarakat Kabupaten Bandung.

"Ini adalah acara spontan dari kita. Kita mewakili aspirasi dari Aliansi Masyarakat Kabupaten Bandung," katanya ditemui, Minggu (22/1/2023).

Menurutnya, kedatangan calon presiden 2024 itu tidak sesuai dengan tema yang dicanangkan.

Dari banner, pamflet hingga postingan sosial media, kata dia, acara tersebut merupakan kegiatan olahraga dengan masyarakat.

Namun, pada kenyataannya, lanjut dia, kegiatan tersebut, sarat akan kampanye. Ia menyebut, banyak atribut yang membuktikan hal itu.

"Kita tahu acara event yang diadakan Anies Baswedan ini kan event jalan sehat. Tapi kita lihat banyak hal-hal yang sudah mengarah terutama atribut partai yang sudah mengarah ke kampanye," jelasnya.

Menurutnya, saat ini masyarakat Kabupaten Bandung menginginkan kondisi yang kondusif terkait penyelenggaraan Pemilu 2024 nanti.

"Event ini adalah event yang bagi kita masyarakat Kabupaten Bandung menginginkan situasi untuk ke depannya kondusif, terutama saat pemilu," jelasnya.

Ia meminta pihak Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Bandung untuk turun tangan dan mengkontrol kondisi di lapangan.

"Apakah ini bisa dikategorikan penyalahgunaan atau curi start. Kami juga akan koordinasi dengan pihak Bawaslu terkait permasalahan ini. Kalaupun ternyata ini acara murni jalan kaki yang baik, kita sangat support. Kita juga terima kasih sama Pak Anies. Tapi kalau ini ternyata hanya akan dijadikan jalan rencana beliau ke depan, nah ini kami sebagai aliansi yang tidak setuju," terang dia.

Atribut kampanye

Alasan Abie memprotes kegiatan itu bukan tanpa alasan. Sejak pagi tadi, kata dia, masyarakat yang berdatangan untuk mendatangi kegiatan itu rata-rata lengkap dengan atribut pemilu.

Bahkan, lanjut dia, tak sedikit masyarakat yang mengenakan pakaian nama-nama orang yang akan mencalonkan diri di panggung legislatif.

"Kita tidak bisa menyatakan ini overlap atau tidak, baru kita melihat tadi ada beberapa kegiatan ini yang memakai baju atribut yang seharusnya bukan saatnya dipakai sekarang. Kalau ini event-nya jalan santai, ya jalan santai aja. Karena kita tadi melihat ada poster Anies juga, ada dari Bapak Rajiv juga," jelasnya.

Abie menuturkan, jika acara ini dianggap curi start, ia berharap pihak Bawaslu pusat atau Kabupaten Bandung untuk mengontrol hal itu.

"Makanya kita anggap ini sudah curi start. Kita akan coba konfirmasi itu ke Bawaslu, untuk bisa melakukan monitoring," ujar dia.

Ia berharap ajang Pemilu 2024 mendatang bisa melahirkan pemimpin yang fair dalam mengambil kebijakan.

Menurutnya, pribadi yang fair atau adil tersebut bisa tercermin dari tindak tanduknya ketika berkampanye.

Selain itu, sambung dia, Bawaslu sudah mengeluarkan aturan dan tanggal kampanye yakni 28 November 2023 mendatang.

"Kita dari masyarakat ini menginginkan punya pemimpin ini yang fair. Fair itu yang dimulai dari awalnya sudah prosesnya benar, pasti ke depannya benar. Kita dari aliansi masyarakat Kabupaten Bandung menginginkan proses Pemilu di 2024 ini berjalan sesuai prosedur," tambahnya.

"Kalau kita lihat diaturannya dari Bawaslu 28 November 2023 akan dimulai kampanye. Nah seharusnya dia bisa menjalankan diwaktu di sana. Jangan takut kehilangan suara atau apa lah. Kita pun dari masyarakat sudah cerdas lah, mana yang pantas pemimpin yang akan kita pilih," sambung dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau