Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjual Jaket Garut yang Diamuk Warga Sumsel Terpaksa Berdamai, Ada Pihak Ancam Bakar Polres Muratara

Kompas.com, 12 Februari 2023, 17:31 WIB
Muhamad Syahrial

Editor

KOMPAS.com - Lima orang penjual jaket asal Kecamatan Sukawening dan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar), yang menjadi korban amuk massa di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatra Selatan (Sumsel), pada Senin (6/2/2023), ingin proses hukum tetap berjalan.

Mereka dipukuli sejumlah warga setempat karena diduga akan melakukan penculikan anak di Desa Terusan, Kecamatan Karang Jaya, Muratara.

Selain dipukuli, mobil mereka dirusak dan barang dagangan yang mereka bawa pun dijarah oleh massa yang terlanjur termakan hoaks.

Telah pulang dan menerima ganti rugi

Salah satu dari lima korban, Dadang Wahyudin (49), langsung menjalani visum dan pemeriksaan kesehatan di RSUD dr Slamet setelah pulang ke kampung halamannya di Garut.

Baca juga: Ditelepon Dedi Mulyadi, Penjual Jaket Asal Garut Beberkan Detik-detik Jelang Diamuk Warga Sumsel karena Dituduh Penculik

Dadang mengatakan, dia dan keempat temannya sebenarnya telah menandatangani perjanjian damai dengan warga yang memukulinya.

Selain itu, Dadang menambahkan, dia pun menerima uang ganti rugi sebesar Rp 30 juta. Akan tetapi, banyak pihak menilai, uang yang dia terima itu tak sebanding dengan kerugian yang dialaminya.

Terpaksa berdamai

Dia mengaku terpaksa menyetujui perdamaian itu akibat ada pihak yang mengancam akan membakar polres Muratara bila dia dan teman-temannya enggan berdamai.

"Polisi yang ngomong, kalau tidak ada kekeluargaan, Polres ini akan dibakar habis sama warga di sana, makanya harus kekeluargaan," kata Dadang, Jumat (10/2/2023), dikutip dari TribunJabar.id, Minggu (12/2/2023).

Baca juga: Dituduh Komplotan Penculik Anak, 5 Sales Jaket Asal Garut Diamuk Warga di Muratara Sumsel

Dadang melanjutkan, dia pun terpaksa menuruti permintaan damai itu meski bertentangan dengan hati nuraninya.

"Saya sebenarnya kalau menuruti hati nurani tidak rela (berdamai), tidak rela kekeluargaan, maunya dituntut habis, ini kan negara hukum," ujar Dadang.

Menurutnya, keempat temannya juga menginginkan proses hukum atas kasus ini dilanjutkan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

"Biar imbasnya tidak ke orang lain, dari Garut juga banyak yang jualan," ucap Dadang.

Korban masih trauma

Dadang menyampaikan, dia saat ini masih trauma dengan peristiwa yang hampir merenggut nyawanya itu.

Baca juga: Saat Kapolsek di Kediri Jadi Dalang di Hadapan Anak TK, Ceritakan Penculikan yang Digagalkan

Dia tak menyangka bakal mengalami kejadian tersebut setelah 16 tahun berjualan jaket kulit keliling.

"Selain ke Sumatra saya sudah ke mana-mana, Jawa, Bali. Sudah 16 tahun jualan seperti gini, ya namanya juga nasib mungkin harus seperti ini," ungkapnya.

Meski begitu, kini dia bersyukur telah kembali pulang ke kampung halamannya dengan selamat, dan menunggu kedua temannya yang sedang dalam perjalanan pulang ke Garut.

"Semoga ada hikmahnya, terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu, ke depannya saya mau proses hukum tetap berlanjut," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul "Penjual Jaket dari Garut Korban Hoaks Mengaku Terpaksa Damai Karena Diancam, Kini Ingin Proses Hukum"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau