Di tengah rasa panik dan takut karena perang berkecamuk, mereka berdiam diri di dalam aula kampus dan tidak diizinkan keluar selama sekitar 10 hari hingga 24-25 April 2023.
Makan dan minum disediakan pihak kampus sehingga mereka masih dapat ibadah puasa.
Selama di pengungsian, Atika bersama lainnya mendengar dentuman rudal yang berulang kali meledak.
Bahkan tak jauh dari lokasi pengungsian, tetangganya menjadi sasaran peluru nyasar hingga rumahnya porak poranda.
Baca juga: Soroti Konflik Militer-Paramiliter di Sudan, Panglima TNI: Jangan Sampai Terjadi di Indonesia...
Atika mengungkapkan sempat berpasrah diri, apabila memang dirinya ditakdirkan meninggal dunia akibat terdampak peperangan.
Pasalnya, Khartum tempat dirinya belajar, tinggal, dan mengungsi adalah sangat berada di rawan konflik.
“Bener-bener suara tembakan dimana-mana, di area kampus, di deket penampungan WNI. Ketakutan yang sangat sangat. Misalnya aja ada suara nampan jatuh, kita tuh trauma. Bom dimana-mana itu, kita pasrah, ya udah kalau meninggal dunia di sini, ya sudah, pasrah,” ungkap Atika
Namun, rasa panik itu berangsur angsur mereda setelah intensitas suara tembakan dan dentuman bom mulai berkurang.
Terlebih pemerintah mulai memindahkan dari khartum ke Jeddah untuk selanjutnya dipulangkan ke Indonesia.
“Ada imbauan dari KBRI, seluruh pengungsi harus menyiapkan satu ransel yang berisi berkas-berkas penting serta pakaian. Setelah itu, pemerintah akan jemput jam 3 pagi di titik PPI untuk dipulangkan satu persatu ke tempat masing-masing,” tambah Atika.
Baca juga: Cerita Abdullah, Mahasiswa NTB Korban Perang Sudan, Asramanya Hancur Terkena Bom
Atika tiba di Indonesia pada Minggu (30/4/2023). Dia merasa sangat bersyukur karena telah melewati masa mencekam, tiba dengan selamat dan dapat kembali ke kampung halaman di Cirebon.
Danial El Amin, Sub Koordinator Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri, Dinaker Kabupaten Cirebon, menyampaikan, berdasarkan informasi dari tim satgas Provinsi Jawa Barat ada 163 warga Jawa Barat yang dipulangkan dari konflik Sudan. Dua orang di antaranya adalah warga Kabupaten Cirebon.
“Kami bergerak berdasarkan data tersebut. Cirebon terdapat dua pelajar, satu atas nama Atika sudah berada di rumah dengan kondisi selamat, satu lainnya masih menjalani proses karantika di Jakarta karena sakit,” kata Danial saat ditemui Kompas.com di kantornya, Kamis (4/5/2023).
Danial menerangkan, pemerintah berusaha mengevakuasi para warga yang terdampak konflik Sudan. Hingga saat ini, pihaknya masih terus melakukan pendataan dan pendalaman lebih lanjut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.