BANDUNG BARAT, KOMPAS.com- Sebanyak dua orang warga di Kampung Pamuncatan, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, terindikasi mengalami gatal-gatal dan gangguan saluran pernapasan.
Kedua orang yang mengalami gatal-gatal dan gangguan saluran pernapasan itu diduga akibat pencemaran udara dari kawasan industri pertambangan di sekitar Kampung Pamuncatan, Padalarang.
Temuan adanya dua warga terkena imbas atas dugaan pencemaran udara ini didapat dari hasil pemeriksaan kesehatan lingkungan di kampung tersebut yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.
"Hasil dari pemeriksaan kesehatan, ada dua orang yang menderita gatal-gatal dan sesak napas. Keduanya ternyata memang sudah beberapa kali memeriksakan diri ke Puskesmas Jayamekar," ungkap Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandung Barat Idad Saadudin saat ditemui, Selasa (13/6/2023).
Kedua warga itu tinggal di kampung dengan industri pertambangan batu kapur aktif beroperasi setiap harinya.
Dari pengamatan di lokasi, polusi udara berupa debu tebal di permukiman tersebut selalu menyelimuti permukiman terlebih saat mesin produksi beroperasi.
"Memang lokasi itu merupakan kawasan industri pertambangan. Ada pabrik produksi marmer, batu kapur dan sebagainya," sebut Idad.
Meski demikian, Idad belum bisa memastikan sebab dari warga yang mengalami gatal dan gangguan pernapasan.
DLH Bandung Barat belum bisa menyimpulkan lebih jauh seberapa bahaya polusi udara di permukiman warga.
"Kita harus telusuri lebih jauh penyebabnya dari mana. Bagaimana lingkungan dan bagaimana riwayat kesehatan kedua warga tersebut. Apakah memiliki alergi juga atau bagaimana. Jadi kita tidak bisa serta merta menyimpulkan langsung," kata Idad.
Baca juga: Ulat Bulu Serang Permukiman Warga di Situbondo, Warga Gatal-gatal
Menurut Idad, industri pertambangan batu kapur ini sudah diawasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat semenjak adanya temuan limbah cair yang mencemari Situ Ciburuy tahun lalu.
"Walaupun sudah diawasi, bisa saja dalam jangka waktu tertentu alat produksinya ada yang rusak sehingga menyebabkan filternya rusak atau kesalahan teknis lain yang menyebabkan polusinya menyebar," tutur Idad.