Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Kepala Keluarga di Kaki Gunung Cikuray Garut Terdampak Kekeringan

Kompas.com, 11 Agustus 2023, 14:57 WIB
Ari Maulana Karang,
Reni Susanti

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Tujuh Rukun Warga (RW) di Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut atau yang berada di bawah kaki Gunung Cikuray, terdampak kekeringan.

Bahkan, dua RW di antaranya secara rutin harus mendapat kiriman air bersih

“Ada tujuh RW yang terdampak, yang parah RW 11 dan 16, ada 220 KK di RW 11 dan 218 KK di RW 16,” jelas Jamjam Jamaludin Malik, aparat Desa Cintanagara saat ditemui di ruang kerjanya Kamis (10/08/2023).

Menurut Jamjam, kekeringan mulai dirasakan warga sekitar dua bulan lalu akibat kemarau panjang. 

Baca juga: Terdampak Kemarau, Warga Kota Bandung Kesulitan Air Bersih

Untuk kampung-kampung yang terdampak kemarau parah, saat ini tiap hari mendapatkan kiriman air bersih menggunakan mobil tangki. Seperti Kampung Siderang. 

“Kita sudah buat laporannya, sekarang sudah ada kiriman air bersih dari lembaga zakat dan anggota DPRD Garut,” katanya. 

Salah seorang warga Kampung Siderang Datar yang tengah menunggu kedatangan pasokan air, Nurhalimah (24) mengatakan, kekeringan mulai dirasakan warga tiga bulan lalu. 

Baca juga: Kini Warga NTT Tak Lagi Turun Gunung untuk Cari Air Bersih

Namun baru satu bulan ini ada kiriman air bersih menggunakan mobil tangki.

“Seminggu dua kali, satu mobil tangki, kadang ada yang tidak kebagian juga,” beber dia.

Di Kampung Siderang, ada tiga titik pembagian air bersih melalui mobil tangki. Di setiap titik pembagian, puluhan tempat penampungan air dari mulai ember, bak, tong, dibariskan warga untuk diisi air bersih dari mobil tangki. 

Menurut Nurhalimah, air bersih yang disuplai lewat mobil tangki, digunakan warga untuk kepentingan memasak.

Sementara, untuk kepentingan mandi cuci kakus (MCK), biasanya dilakukan di sungai kecil yang berada tidak jauh dari kampung mereka. 

“Biasanya pakaian kotor disimpan dalam karung, nanti baru dibawa ke sungai,” ungkap Halimah. 

Kebutuhan air bersih untuk warga, selama ini didapat dari mata air yang jaraknya kurang lebih satu kilometer dari kampungnya.

Di lokasi mata air tersebut, dibangun jamban umum yang biasa digunakan warga untuk kebutuhan air bersih hingga MCK.

Selain datang ke jamban umum, ada juga warga yang memasang selang air dari mata air dan disalurkan ke rumah-rumah setelah disedot menggunakan pompa air. Namun, fasilitas tersebut berbayar hingga tidak semua warga bisa menikmati. 

“Yang pakai pompa juga sekarang kesulitan, karena airnya kering di mata air,” beber dia. 

Karena debit air berkurang, warga mensiasatinya dengan mengambil air malam hari. Namun karena banyak warga yang mengambil dari mata air yang sama, ketersediaan air tidak mencukupi kebutuhan warga.

“Jam 5 pagi juga sudah kering airnya,” katanya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau