Mereka menyebut jaringan tersebut local hero. Biasanya, mereka akan melaporkan kondisi sungai atau pantai yang kotor di daerah masing-masing.
"Kita kaji ulang, kita riset ulang, kita kirim tim survey ke sana, mana lokasi yang memang udah urgent banget, udah memang harus dibersihkan, memang harus diperbaiki. Apabila pantai, kita lihat banyaknya sampah yang ada di pantai tersebut, kualitas air, nanti kita skala prioritaskan mana yang akan kita kunjungi," ungkap Gilang.
Hal serupa dilakukan Pandawara ketika akan membersihkan sungai. Beberapa sungai besar seperti Citarum, Cikapundung, dan Citepus menjadi salah satu titik fokus Pandawara.
"Jadi kita mempunyai tim riset untuk terus melakukan pengecekan sampah. Termasuk anak-anak sungai atau sungai besar Citarum, Cikapundung, Citepus, dan sebagainya. Terus sungai-sungai yang ada di bawah pemukiman rumah warga yang rentan," ujar Gilang.
Meski terkenal sebagai kumpulan pemuda yang tergerak untuk membersihkan sampah, Gilang menyebut, kegiatan tim Pandawara kerap ditolak. Ia tidak mengetahui alasan spesifik penolakan tersebut.
"Cuma yang jelas kalau di beberapa kasus yang kita alami, ya kita anggap itu just a misleading atau miss komunikasi," ungkap dia.
Meski kerap mengalami penolakan, Pandawara tidak pernah memperpanjang persoalan.
"Toh tujuan pandawara datang ke setiap daerah itu untuk memerdekakan lingkungan yang belum bisa merdeka. Bukan untuk mencari keributan," imbuhnya.
Menurutnya, persoalan lingkungan merupakan persoalan bersama. Sejak pertama melakukan kegiatan bersih-bersih aliran sungai, Pandawara tidak pernah memiliki niat untuk menjelekkan suatu daerah.
Pihaknya juga selalu bilang lingkungan itu tanggung jawab bersama. Pandawara datang ke suatu daerah bukan untuk me-roasting, menjelek-jelekan nama daerah tersebut.
"Tapi ada sesuatu yang sebenarnya bisa membuat kita malu, bukan cuma daerah situ. Yang lebih jauh itu lingkungannya itu yang udah terlanjur rusak. Makanya kita selalu keep on going ke setiap kota," ucap dia.
Pandawara akan meneruskan perjuangan kecil mereka ini. Karena itu, mereka selalu berusaha bersikap santai dan tenang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.