Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus HIV/AIDS di Cianjur Melonjak karena Hubungan Seksual

Kompas.com, 21 Juli 2024, 08:53 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Reni Susanti

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Hingga Juni 2024, sebanyak 100 orang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terjangkit HIV/AIDS.

Mereka semua tertular lewat hubungan seksual, termasuk lelaki seks lelaki (LSL).

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Cianjur mencatat, ratusan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan orang dengan HIV (ODHIV) ini merupakan temuan baru hasil penjangkauan dan VCT atau tes sukarela.

Baca juga: Jumlah Penderita HIV di Lhokseumawe Mencapai 106 Orang, Didominasi karena Seks Bebas

“Fakta di lapangan jumlahnya tentu lebih dari itu. Karena masyarakat dan golongan rentan kebanyakan masih bersikap tertutup terhadap persoalan ini,” ujar Ketua KPA Cianjur, Hilman Kurnia kepada Kompas.com, Sabtu (20/7/2024).

"Data ini menunjukkan lonjakan, ya. Karena baru 6 bulan jumlahnya sudah mencapai ratusan," sambung dia.

Baca juga: Pasien HIV Curi Ponsel untuk Tebus Obat, Pelaku Akhirnya Dibebaskan

Disebutkan, para ODHA dan ODHIV tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari wanita penjaja seksual (WPS), ibu rumah tangga, hingga pelajar.

“Termasuk ada pelajar SMP yang terinfeksi HIV akibat perilaku homoseksual. Saat ini sedang dalam pendampingan supaya rutin berobat,” ujar dia.

Hilman menjelaskan, tren seks menyimpang atau LSL di kalangan pelajar di Cianjur sendiri cukup masif kurun 5 tahun terakhir.

Pengidap HIV/AIDS di Cianjur dari kalangan LSL juga jumlahnya terus bertambah sejak 2020.

Faktornya, menurut dia, derasnya arus informasi di era digital melalui gawai serta pergeseran nilai budaya di tengah kehidupan masyarakat, terutama di kalangan remaja dan usia produktif.

"Sosialisasi gencar kita lakukan dengan menggandeng para pihak dan pemangku kebijakan, termasuk juga dari kelompok rentan," ucapnya.

“Kita juga telah mendorong pihak pemerintahan desa untuk membentuk wadah peduli AIDS di wilayah masing-masing sebagai upaya deteksi dan pencegahan,” Hilman melanjutkan.

Harapannya, lima tahun ke depan sudah tidak ada lagi temuan kasus baru di Kabupaten Cianjur sebagaimana target pemerintah mengakhiri epidemi HIV/AIDS di 2030, kendati hal itu dirasa berat.

"Pasalnya, kita juga masih harus berhadapan dengan stigma masyarakat serta kekurangkompakan, dan ego sektoral dari pihak-pihak berkepentingan lainnya dalam menangani persoalan ini,” imbuhnya.

Kalangan Pelajar 

Fenomena lelaki seks lelaki (LSL) di kalangan pelajar di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menunjukkan peningkatan beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat, mayoritas orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan orang dengan HIV (ODHIV) di wilayah ini berasal dari kalangan LSL, termasuk pelajar.

Selain risiko penularan HIV/AIDS, pelajar yang terlibat dalam aktivitas seks antarlelaki ini juga rentan terhadap berbagai penyakit menular seksual lainnya, seperti sifilis dan gonore.

Ketua KPA Cianjur Hilman Kurnia mengemukakan, fenomena ini menimbulkan kekhawatiran karena perilaku seks menyimpang ini berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS.

“ODHA maupun ODHIV di Cianjur beberapa tahun terakhir ini juga didominasi dari kalangan LSL,” kata Hilman kepada Kompas.com, Sabtu (21/7/2024).

Disebutkan, tren homoseksualitas di kalangan pelajar ini telah menjangkau hampir semua tempat, termasuk ke wilayah-wilayah pelosok.

“Tak hanya di jenjang SMA, juga sudah menyasar ke tingkat SMP, bahkan ada yang jadi ODHIV akibat perilaku ini,” ujar dia.

Ironisnya, diungkapkan Hilman, aktivitas LSL di kalangan pelajar sudah menjurus ke motif ekonomi.

“Beberapa di antara aktivitas LSL yang mereka lakukan juga sudah bersifat transaksional,” kata Hilman.

Pihak KPA menekankan pentingnya peran orangtua dan sekolah dalam mengatasi persoalan sosial ini. Orangtua sejatinya lebih terbuka dalam mendiskusikan isu seksualitas dengan anak.

Sementara pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pendidikan seks yang komprehensif.

“Edukasi seksual yang benar dan komprehensif di sekolah tentunya dapat membantu pelajar mengambil keputusan yang bijak mengenai perilaku seksual mereka,” imbuhnya.

Salah asuh dan banjir informasi

Penanggungjawab Program KPA Cianjur Silmi Kaffah menambahkan, lingkungan keluarga terutama pola asuh dari orangtua punya peran penting dalam membentuk mental dan perilaku seksual anak.

“Ditekankan kepada orangtua, bagi kaum ibu ketika punya anak, tolong didik sesuai gendernya,” kata Silmi.

Imbauan dia cukup beralasan, mengingkat secara kasuistis, ODHA maupun ODHIV dari kalangan LSL yang ditanganinya memiliki pengalaman salah asuh dari orangtua mereka.

“Karena ingin anak perempuan misalnya, meski anaknya laki-laki, tapi diperlakukan seperti ke anak perempuan. Situasi itu kan bisa menjadi awal, ya,” tutur dia.

Selain itu, menurut Silmi, banjir informasi di media sosial dan internet yang sangat mudah diakses juga berperan dalam menyebarkan dan memengaruhi perilaku seksual di kalangan remaja.

Tak kalah berpengaruhnya, kondisi lingkungan pergaulan dan juga sikap permisif dari orangtua.

"Faktor-faktor itu juga dapat memengaruhi pandangan dan perilaku remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri tersebut,” ujar Silmi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau