BANDUNG, KOMPAS.com - Manajemen Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung berkomitmen untuk menghapus tindakan bullying atau perundungan terhadap peserta didik program pendidikan dokter spesialis (PPDS).
Direktur Utama RSHS, Rachim Dinata Marsidi menegaskan, pihaknya tidak akan segan-segan menjatuhkan sanksi berat kepada siapapun yang terlibat dalam tindakan perundungan.
"Saya sudah kumpulkan semua PPDS ada 400 orang dan semua sudah sepakat. Ancaman dikeluarkan kalau ada pelanggaran berat," ujar Rachim saat dihubungi, Rabu (21/8/2024).
Baca juga: Diduga Mem-bully, 2 Dokter Residen Diberhentikan Fakultas Kedokteran Unpad
Rachim mengungkapkan, sanksi berat telah diberikan kepada dua orang dokter residen yang melakukan perundungan terhadap peserta didik PPDS dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad).
"Kami sudah memberikan bukti. Dua orang PPDS (dokter residen) dikembalikan lagi ke fakultas dan itu hak saya," katanya.
Baca juga: IDI Sebut Bullying Bertentangan dengan Kode Etik dan Sumpah Dokter
Ancaman ini dimaksudkan sebagai pengingat bagi hampir 1.000 peserta didik dari 22 prodi yang sedang menjalani PPDS di RSHS Bandung, agar tindakan perundungan tidak terjadi lagi di masa depan.
"Insyaallah ke depan enggak ada lagi, jangan main-main sekarang dan semua setuju enggak ada bullying," ucap Rachim.
Rachim juga menekankan, sanksi berat berupa pengeluaran dari PPDS ditujukan kepada pelaku perundungan dengan kategori berat. Seperti melakukan kekerasan fisik hingga korban cedera atau meminta uang kepada peserta didik.
Pihaknya tidak menutup kemungkinan akan menggandeng aparat penegak hukum (APH) jika korban mengalami kekerasan dari tindakan perundungan.
"Kalau misalnya ada kekerasan sudah pidana tinggal dilaporkan saja," pungkasnya.
Selain itu, RSHS telah meminta dosen untuk melakukan pengawasan ketat terhadap setiap tindakan mahasiswanya, guna mencegah aksi perundungan.
Rachim berkeyakinan, dengan ancaman tersebut, semua peserta didik PPDS akan menaati seluruh aturan yang ada di RSHS Bandung, sehingga kasus-kasus serupa tidak terjadi lagi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang