Editor
CIANJUR, KOMPAS.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, merekomendasikan relokasi bagi sekitar 161 rumah di Desa Waringinsari, Kecamatan Takokak, yang terdampak pergerakan tanah yang semakin meluas dan dalam.
Koordinator Lapangan Tanggap Darurat (TDB) BPBD Cianjur, Herman, menjelaskan bahwa selama dua hari terakhir hujan tidak turun, memungkinkan warga untuk kembali ke rumah mereka untuk mengamankan barang-barang dan surat berharga.
"Warga kembali ke rumah untuk memeriksa kondisi dan mengamankan barang berharga, termasuk membongkar pintu dan jendela agar tidak rusak jika rumah ambruk akibat pergerakan tanah," katanya, Minggu (1/12/2024), seperti dilansir Antara.
Baca juga: 2 TPS di Cianjur Dipindahkan Imbas Tanah Bergerak
Sebagian besar warga yang rumahnya rusak berat dan sedang, saat hujan tidak turun, memilih untuk menumpang di rumah saudara mereka yang berbentuk rumah panggung.
Namun, saat hujan deras, mereka dievakuasi ke tenda yang dibangun di sejumlah titik.
Setiap hari, petugas dan relawan terus mendata terkait perkembangan pergerakan tanah dan kerusakan rumah.
Beberapa rumah yang sebelumnya terancam rusak ringan dan sedang kini mengalami kerusakan berat.
"Kami terus memperbaharui data selama TDB, yang menjadi dasar apakah kegiatan ini akan diperpanjang atau tidak, dan memastikan kebutuhan masyarakat mulai dari makanan hingga pemeriksaan kesehatan," tambah Herman.
Baca juga: Pergeseran Tanah di Cianjur Meluas, 209 Rumah Rusak
Dia juga menyebutkan bahwa meskipun hujan tidak turun selama dua hari terakhir, kedalaman pergerakan tanah di tujuh kampung terus bertambah.
"Terdata sekitar 161 rumah rusak dengan berbagai kategori, baik ringan, sedang, maupun berat, serta 88 rumah terancam. Kami merekomendasikan relokasi bagi 161 kepala keluarga, karena kondisi tanah di perkampungan sudah tidak layak huni," katanya.
BPBD Cianjur telah melaporkan kondisi ini kepada Pemkab Cianjur dan berharap mendapat bantuan untuk proses relokasi.
"Proses relokasi harus segera dilakukan karena perkampungan sudah tidak layak huni dan kami khawatir pergerakan tanah akan terus terjadi," tambah Herman.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang