BOGOR, KOMPAS.com - Paparan debu dari truk tambang yang melintas di Jalan Raya Sudamanik, Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, semakin mengkhawatirkan.
Kondisi tersebut telah berlangsung bertahun-tahun. Dampaknya, warga hidup dalam "neraka" debu.
Setiap hari, mereka menghirup debu yang terus beterbangan masuk ke dalam rumah. Jalan yang berdebu itu pula yang memaksa mereka untuk menyapu satu jam sekali.
Ketebalan debu tersebut sekitar 1 sentimeter menumpuk di warung dan halaman rumah.
Menjemur pakaian terasa sia-sia lantaran kotor lagi akibat debu yang berterbangan.
Baca juga: Kemacetan Parah di Parung Panjang, Ketika Truk Besar Menghantui Warga...
"Memang begini setiap hari keadaannya, hampir setiap jamlah nyapuin debu begini," kata warga bernama Subur (57) kepada Kompas.com di Jalan Sudamanik, Kampung Cilangkap, Desa Lumpang, Parung Panjang, Rabu (8/1/2025).
Subur dipaksa berdamai dengan keadaan itu karena jalan rusak dan berdebu tak pernah diatasi pemerintah setempat.
Masalah pernapasan hingga mata perih pun, kata dia, sudah dianggap biasa. Dia mengatakan tak ada pilihan lain.
Bahkan, warungnya sering tutup lebih cepat karena lelah menyapu setiap jam.
"Nggak kehitung berapa kalinya (menyapu), kalau penyakit pasti ada batuk karena debunya kan banyak, berat," ujarnya.
"Pakaian dijemur tetap debu masih nempel, ya enggak 100 persen bersih sih. Setelah nyuci, jemur, kering, tetap saja debunya nempel. Ya tetap jemur di sini karena enggak ada pilihan lagi buat jemur pakaian, biar aja kotor lagi dah," katanya.
Baca juga: BERITA FOTO: Parung Panjang Jadi Neraka Jalanan, Licin, Berlubang, dan Mematikan!
Situasi kemacetan akibat truk tambang yang mogok di Jalan Sudamanik, Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/1/2025).Subur berharap pemerintah meninjau daerah Parung Panjang. Ia dan warga ingin jalan khusus tambang dibangun.
"Katanya kan mau dibangun jalan khusus tambang, tetapi kenyataannya belum juga terlaksana sampai sekarang," tutur Subur.
"Pak Presiden terhormat supaya disosialisasikan pembangunan jalan tambang khusus truk-truk itu karena kondisi jalan dan debu sudah semakin parah," harap Subur.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang