SUKABUMI, KOMPAS.com - Andri Septian (37 tahun), salah seorang kepala keluarga asal Kecamatan Cisaat, Sukabumi, mengaku tengah bersiap untuk beralih dari gas subsidi 3 kilogram ke gas berukuran 5,5 kilogram.
Menurut dia, aturan pemerintah yang sering gonta-ganti membuat ia dan keluarga waswas ketika stok gas bersubsidi kosong.
Hal itu juga yang membuat dia memutuskan untuk beralih memakai gas non-subsidi.
Baca juga: Picu Kesulitan, Sosialisasi-Koordinasi Kebijakan Gas Elpiji 3 Kg Tuai Sorotan
"Saya memang ada rencana untuk beli gas 5,5 kg itu karena aturan yang suka berubah. Kita kan enggak tahu besok lusa aturannya kayak gimana," kata Andri kepada Kompas.com, Selasa (4/2/2024).
Meski kini warung-warung kembali diperbolehkan untuk menjual gas secara eceran, Andri merasa khawatir dengan stok yang dibatasi pemerintah.
Terlebih lagi, sambung Andri, saat ini tengah menghitung hari memasuki bulan puasa Ramadhan.
"Ini kan mau bulan puasa, jadi ya kami bersiap. Khawatir masih pakai gas 3 kilogram dan ada momen habis malam hari, tetapi stok kosong kan susah," lanjut Andri.
Baca juga: Saat Warga Beralih ke Kayu Bakar karena Sangat Sulit Dapatkan Elpiji 3 Kg...
Andri berharap agar pemerintah bisa konsisten melayani masyarakat dengan berbagai kebijakannya, termasuk pemenuhan gas bersubsidi hingga ke pelosok negeri.
Terkini, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, Presiden RI menginstruksikan agar pengecer boleh berjualan gas elpiji 3 kg seperti biasa.
"Sambil berjualan, para pengecer akan diproses menjadi sub-pangkalan. Ya, DPR RI sudah berkomunikasi dengan Presiden sejak semalam," tutur Dasco di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (4/2/2025).
"Ada keinginan dari Kementerian ESDM untuk menertibkan harga di pengecer supaya tidak mahal di masyarakat," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang