Editor
KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menanggapi viralnya video siswa SD yang melakukan praktik renang di halaman sekolah.
Menurut dia, kejadian tersebut tidak seharusnya terjadi jika para guru memahami esensi pendidikan yang sebenarnya.
Dedi Mulyadi menegaskan, permasalahan utama bukan pada aktivitas renangnya, melainkan pada biaya yang sering dikeluhkan oleh orangtua siswa.
Ia mengkritik praktik kolektivitas pembayaran tiket renang yang dikoordinasikan oleh guru bekerja sama dengan pengelola kolam renang.
Baca juga: Bocah 6 Tahun Tewas di Kolam Renang di Garut, 4 Orang Diperiksa Polisi
Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan puluhan siswa SD berbaring di lapangan sekolah sambil menirukan gerakan berenang menjadi viral di media sosial.
Dalam video tersebut, narasi yang menyertainya menyebutkan bahwa kegiatan renang di sekolah dilakukan di darat akibat adanya larangan praktik berenang.
"Imbas dihentikannya kegiatan renang karena banyak orangtua protes. Praktik renang dilaksanakan di lapangan," demikian bunyi tulisan narasi dalam video.
Narasi tersebut juga menyinggung bahwa biaya renang seharusnya bisa dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
"Padahal ada Dana BOS, untuk SD minimal dapat Rp 900.000 per siswa dan bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran/ekstrakurikuler," lanjut tulisan tersebut.
Menanggapi hal ini, Dedi Mulyadi memberikan komentarnya di sela kegiatan retreat di Akademi Militer Magelang.
Baca juga: Dedi Mulyadi Alihkan Mobil-mobil hingga Motor Dinas untuk Pelayanan Masyarakat
"Saya melihat postingan guru olahraga yang memperlihatkan anak-anak sedang berenang di atas lantai dan di atas meja," ujar Dedi Mulyadi, dikutip dari TikTok @dedimulyadiofficial, Selasa (25/2/2025).
Ia menyatakan ia memahami tujuan dari pembuatan video tersebut, tetapi justru melihatnya sebagai indikasi bahwa guru yang bersangkutan tidak memahami esensi pendidikan dengan baik.
"Namun, justru itu melambangkan bahwa guru tersebut tidak mengerti esensi pendidikan dan arah pendidikan," ujarnya.
Dedi Mulyadi juga mengingatkan bahwa banyak alternatif pelajaran olahraga selain renang yang bisa diajarkan kepada siswa, seperti lari, jalan kaki, voli, sepak bola, tenis meja, serta berbagai olahraga lainnya, termasuk senam.
Menurut dia, seharusnya kegiatan renang tetap dapat dilakukan tanpa keterlibatan guru dalam urusan pembayaran tiket.