Editor
JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat melaporkan bahwa lebih dari 1.290 ekor sapi perah atau sekitar 1,3 persen dari total populasi sapi perah di daerah tersebut terpapar bakteri Brucella, penyebab penyakit Brucellosis.
"Prevalensi penyakit Brucella itu 1,3 persen dari jumlah seluruh populasi (sapi perah) di Jabar yang pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 99.692 ekor," ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Kesmavet DKPP Jawa Barat, Suprijanto di Bandung dikutip dari Antara, Jumat (14/3/2025).
Baca juga: 48 Warga NTT Keracunan Daging Sapi, Pemilik Mengaku Sapinya Sudah Sebulan Malas Makan
Suprijanto menjelaskan bahwa penyakit brucellosis biasanya menyerang hewan pemamah biak, baik besar maupun kecil.
Namun di Jawa Barat, penyakit ini lebih justru banyak menyerang sapi perah.
"Pada sapi potong, cenderung tidak ada. Kejadian terakhir pada sapi potong terjadi tahun 2012 di Pangandaran atau Ciamis, tetapi langsung dipotong," tambahnya.
Untuk sapi perah, Suprijanto mencatat bahwa kasus brucellosis terjadi secara merata.
Terutama di sentra-sentra sapi perah seperti Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Garut, Subang, Kuningan, dan Bogor.
"Di sentra-sentra sapi perah, ada kasusnya," ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa banyak sapi yang terpapar bukan berasal dari Jawa Barat, melainkan dari luar provinsi, seperti Jawa Tengah. Lalu bakteri terbawa ke wilayah Jabar.
Hal ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang melakukan pembesaran sapi di luar provinsi.
"Ketika di lokasi pembesaran, satu ternak dengan lainnya akan lebih intens bertemu, sehingga sangat memungkinkan sulitnya menjaga kebersihan kandang dan pakan yang meningkatkan risiko paparan," jelas Suprijanto.
"Jadi, sejak masih anakan (pedet), sapi-sapi ini dibawa ke luar, dibesarkan di sana, dan kemudian dibeli lagi ke sini. Karena intensitas pertemuan hewan-hewan yang tinggi di sana, otomatis ketika kembali ke sini, mereka terpapar," tambahnya.
Baca juga: Awal Mula Kasus Miras Oplosan di Bantul, Dicampur dengan Pil Sapi
Meskipun demikian, Suprijanto menegaskan bahwa untuk satu hewan mengalami sakit brucellosis yang dapat menyebabkan keguguran, tidaklah mudah dan memerlukan waktu dengan paparan yang terus-menerus hingga terinfeksi.
Untuk mengurangi risiko paparan brucella, DKPP Jawa Barat melaksanakan program rearing untuk pemeliharaan anak sapi (pedet).
"Meski jumlahnya tidak banyak, paling tidak itu bisa mengurangi ketergantungan sapi-sapi perah dewasa dari daerah Jawa," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang