Editor
JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi meminta Pemkab Subang berlari untuk melakukan pembenahan di berbagai sektor secara total.
Dia meminta Bupati Subang membenahi birokrasi agar lebih melayani, bukan birokrasi yang dilayani.
"Usia Kabupaten Subang sudah sangat tua, 77 tahun. Banyak hal yang harus segera kita berlari, orang Subang bilangnya ngabret dibawah kepemimpinan (bupati) Kang Rey (Bupati Subang Reynaldi)," kata Dedi pada unggahan di akun media sosialnya dan dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (9/4/2025).
Dia mengatakan, infrastruktur jalan di beberapa wilayah sangat buruk.
Baca juga: Dulu Menyindir, Kini Dedi Mulyadi Puji Lucky Hakim Akui Salah Libur Tanpa Izin
Dedi meminta Pemkab membenahi dengan mengoptimalkan belanja daerah, dan diutamakan untuk belanja transformasi publik yaitu belanja pembangunan jalan.
"Harus membenahi tata ruang karena ada kesalahan dalam menyusun tata ruang di periode lalu. Hal ini mengakibatkan Subang menjadi berantakan, wilayah utara berantakan, sawah-sawahnya berubah menjadi kawasan permukiman sehingga mengancam ekosistem pangan," jelas Dedi.
Di sebelah selatan, lanjut dia, area perkebunan berubah menjadi bangunan-bangunan tak beraturan.
Baca juga: Dedi Mulyadi Tegaskan Proses Hukum Pemotongan Kompensasi Sopir Angkot di Bogor Berlanjut
Dulu hamparan kebun teh hijau yang indah, hari ini berubah menjadi bangunan-bangunan kumuh yang tidak memiliki makna filosofi, histori bagi kehidupan.
"Sehingga keindahan arah Ciater, Lembang hari ini sirna," kata Dedi.
Hal lain yang harus dibenahi, menurut dia, penataan pengelolaan sampah yang agak berat.
Sampah harus segera dibenahi, caranya tiap desa dan kelurahan harus membuat sistem pengelolaan sampah mandiri.
"Kampung nelayan juga harus dibenahi. Sentra produksi perikanan harus terus didorong karena Subang memiliki kelengkapan, punya daerah dingin dan panas, punya gunung dan punya laut," jelasnya.
Baca juga: Dedi Mulyadi Apresiasi Lucky Hakim yang Akui Kesalahan, Liburan ke Jepang Tanpa Izin
Lebih lanjut, Dedi meminta pemerintah daerah kembali menata perkebunan nanas yang menjadi sentra produksi masyarakat Subang di wikayah selatan. Pemda didorong membuka kembali perkebunan namun tidak berebut dengan areal pertambangan.
Hal lain yang disoroti Dedi yakni banjir di Subang selatan. Menurut hal ini aneh.
"Di selatan Subang hari ini banjir, ini aneh. Padahal banjir rata-rata di utara. Artinya ada ekosistem yang rusak, ada tata kelola lingkungan yang rusak diakibatkan tata kelola pemerintahan yang rusak," beber Dedi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang