Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Ton Sampah Penuhi Sungai Citarum, Ancaman Serius untuk Pembangkit Listrik

Kompas.com, 30 April 2025, 16:49 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Ratusan karung berisi sampah plastik menumpuk di bantaran Sungai Citarum, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

Sampah-sampah plastik itu terkumpul dari hasil pungutan sampah di tengah badan sungai pada gerakan pembersihan Sungai Citarum yang dilakukan oleh Pemkab Bandung Barat dan ratusan aktivis lingkungan, Rabu (30/4/2025).

Sampah di Sungai Citarum yang masuk ke wilayah Bandung Barat ini merupakan sampah kiriman dari wilayah hulu, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi.

Baca juga: Ingatkan Citarum Lautan Sampah, Dedi Mulyadi: Sadar Dong, Ngomong Pintar, Buang Sampah Belum Bisa

Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail mengatakan, sampah yang terangkut dari badan sungai didominasi oleh sampah plastik, baik sisa bungkus makanan maupun plastik dari produk industri.

"Kita berkolaborasi bersama masyarakat untuk mengangkut sampah dari sungai. Dominasinya lebih banyak sampah plastik. Sampah yang paling susah diurai," ujar Jeje saat ditemui di bantaran sungai, Rabu (30/4/2025).

Padahal, menurutnya, sampah plastik ini bisa diolah kembali menjadi bahan baku banyak produk yang bisa dikonversi menjadi rupiah.

"Kita sudah lihat bagaimana prosesnya di Bening Saguling. Jika sampah ini dipilah dan dipilih dengan baik, bisa menghasilkan duit," sebut Jeje.

Sementara itu, Senior Manager PLN Indonesia Power UBP Saguling, Doni Bakar, mengatakan bahwa berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), sehari ada 200 ton sampah yang mengotori DAS Citarum.

"Dari 200 ton itu, tentunya jenis sampahnya macam-macam, ada sampah plastik, sampah kertas, dan lainnya. Cuma memang dominan sampah plastik," jelas Doni.

Selain sampah plastik, gulma eceng gondok yang tumbuh cepat di atas perairan Waduk Saguling juga menjadi ancaman terhadap pembangkit listrik.

"Dari 54.000 hektar, sekitar 94 hektarenya tertutup eceng gondok, memang cuma sebagian kecil. Cuma dengan kondisi ini akan memengaruhi laju sedimentasi waduk (Saguling), jadi umurnya akan singkat," kata Doni.

Baca juga: Dedi Mulyadi Akan Bongkar Bangunan di Sepanjang Sungai Citarum

Sampah-sampah yang masuk ke Sungai Citarum akan bermuara di perairan Waduk Saguling yang akhirnya menjadikan endapan dan memperburuk produksi listrik Jawa-Bali.

"Sedimentasinya naik terus, kemudian ada benda-benda bersifat korosif yang digunakan di perairan Waduk Saguling berdampak ke peralatan sehingga cepat rusak. Maka pemeliharaan bakal lebih sering," tandasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau