BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah berupaya mengatasi persoalan sampah di wilayah Bandung Raya di tengah menipisnya kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar, Herman Suryatman, mengatakan bahwa penanganan sampah saat ini tidak bisa hanya mengandalkan TPA Sarimukti saja, mengingat kuotanya yang semakin menipis.
"Pak Gubernur menyampaikan bahwa tidak bisa kita hanya mengandalkan Sarimukti karena terbatas. Jadi harus ada upaya progresif dari kabupaten/kota di cekungan Bandung dan kita akan perjuangkan bersama-sama dengan gotong royong," kata Herman dalam keterangan resminya, Kamis (8/5/2025).
Baca juga: Jabar Siapkan Mesin Insinerator untuk Hadapi Lonjakan Sampah usai Lebaran
Salah satu cara jangka pendek yang bisa dilakukan oleh Pemprov Jabar adalah dengan menggunakan alat insinerator, yaitu alat yang dapat memproses sampah dengan cara membakarnya pada suhu tinggi.
Adapun jumlah alat yang diperlukan untuk menangani sampah di kawasan Bandung Raya berdasarkan hitungan mencapai 84 unit.
Setiap mesin tersebut bisa mengolah sampah hingga 10 ton per hari.
"Untuk mengurangi ketergantungan pada Sarimukti, kita butuh sekitar 84 insinerator tambahan. Proyeksinya senilai Rp117 miliar dan akan dibagi secara gotong royong antara provinsi dan kabupaten/kota,” ujarnya.
Dia menyebutkan, alat insinerator akan disebar ke Kota Bandung sebanyak 43 unit, Kabupaten Bandung 25 unit, Kota Cimahi 6 unit, dan Kabupaten Bandung Barat 10 unit.
Selain menggunakan alat, Sekda juga mengungkapkan langkah strategis lainnya yang bisa dilakukan, yaitu dengan maggot dan composting, dan diharapkan bisa dioptimalkan 100 persen.
"Pak Gubernur minta semua insinerator yang ada sekarang difungsikan maksimal. Kami minta kepala daerah berikhtiar agar fasilitas yang ada benar-benar berjalan efektif,” tutur Herman.
Herman menerangkan, saat ini TPA Sarimukti hanya mengandalkan Zona 3 untuk menampung sampah dengan kapasitas yang tersisa sekitar 50.000 ton.
Dengan volume sampah harian mencapai 1.200 ton, daya tampung tersebut diperkirakan hanya bertahan 41 hari ke depan.
“Zona 3 Sarimukti tinggal 41 hari lagi. Tapi kami sudah antisipasi. Zona 5 sedang dalam tahap finishing dan ditargetkan operasional pertengahan Juni (2025),” terangnya.
Baca juga: Kaget Lihat Pasar Caringin, Dedi Mulyadi: Ini Pasar atau Sawah? Saya Bereskan Hari Ini
Kemudian, terkait dengan perkembangan proyek Legok Nangka sebagai solusi jangka panjang pengolahan sampah, Herman mengatakan bahwa saat ini prosesnya menunggu surat penugasan dari Kementerian ESDM ke PLN agar bisa masuk tahap financial close akhir 2025.
“Kalau surat penugasan keluar, pembangunan instalasi waste to energy oleh konsorsium bisa dimulai awal 2026. Targetnya selesai dalam 36 bulan. Itu akan sinkron dengan habisnya usia pakai Sarimukti pada pertengahan 2028,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang