Editor
KOMPAS.com - Sebanyak 273 siswa yang sebelumnya mengikuti pendidikan militer di barak militer Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, akan selesai besok, Selasa (20/5/2025).
Program ini merupakan bagian dari penanganan siswa bermasalah di Jawa Barat yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Namun, kebijakan ini menuai kritik dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
KPAI menyebut bahwa pendidikan ala militer bagi siswa yang dianggap nakal berpotensi melanggar hak anak.
Baca juga: Dikritik, Dedi Mulyadi Tantang KPAI: Ada Ribuan Siswa Nakal, Mau Ambil Berapa?
Menanggapi kritik tersebut, Dedi Mulyadi memberikan pernyataan usai menghadiri undangan pertemuan di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta, Senin (19/5/2025).
"Sudah saya sampaikan, KPAI harusnya hari ini arahnya bukan mengoreksi kekurangan dari sebuah kegiatan yang dilakukan sebagai penanganan darurat dari sebuah problem," ujarnya dikutip dari video yang diunggah di akun Instagramnya, Senin (19/5/2025).
Menurut Dedi, yang seharusnya dilakukan KPAI adalah mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dialami remaja, baik itu masalah di rumah maupun di sekolah yang berujung pada tindakan kriminal.
Ia juga menyindir KPAI yang menurutnya terlalu fokus pada hal-hal teknis.
"Kalau KPAI sibuk terus ngurusin persoalan tempat tidur dan sejenisnya, tidak akan bisa menyelesaikan problem," ujarnya.
Dedi menyebut bahwa 39 anak yang telah menyelesaikan program di barak militer menunjukkan perubahan signifikan.
"Bisa dilihat keadaan anak itu, disiplinnya, rasa empatinya, bahkan dia menangis di depan ibunya mencium kakinya. Kan belum tentu itu didapatkan di pendidikan sekolah."
Ia menambahkan bahwa setelah 273 siswa lulus besok, akan ada angkatan baru lagi yang menyusul. Jumlah peserta ke depannya diperkirakan bisa mencapai belasan ribu.
"Kalau nanti terkoneksi dengan kabupaten/kota, mungkin 15.000 sampai 20.000 peserta yang akan dikelola kita. KPAI mau mengambil berapa?" tantangnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang