Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Bandung Barat Menanti Janji Dedi Mulyadi, Relokasi Permukiman Belum Juga Mewujud

Kompas.com, 21 Mei 2025, 13:43 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Masyarakat yang terdampak banjir bandang di bantaran Sungai Cimeta, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, kini menanti realisasi janji Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Puluhan warga korban bencana tersebut sebelumnya dijanjikan relokasi dan hunian layak setelah bencana yang melanda permukiman di Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, pada Rabu (19/3/2025).

Dedi Mulyadi sempat mengunjungi lokasi bencana dan berjanji akan memindahkan warga ke tempat yang aman dari terjangan banjir yang kerap terjadi saat hujan besar.

Baca juga: 19 Warga Tinggal di Tepi Tebing Bandung Barat dan Akan Direlokasi

"Katanya habis Lebaran (warga) mau direlokasi. Tapi sampai sekarang belum. Waktu itu Pak Dedi sempat datang ke sini. Harapan warga memang segera pindah aja, ibu setuju," ungkap Dede Sumiati (61), salah satu warga yang ditemui pada Rabu (21/5/2025).

Di lokasi bencana, Dedi Mulyadi bahkan membuat konten untuk ditayangkan di akun YouTube-nya dengan judul "Sungai Meluap - 30 Rumah Roboh | KDM dan Bupati Jeje Siapkan Relokasi Warga."

Dalam konten tersebut, Dedi meminta agar warga yang tinggal di bantaran Sungai Cimeta direlokasi dengan dukungan pemerintah desa yang menyiapkan lahan dan Pemprov Jabar yang menyediakan hunian.

Dedi menegaskan bahwa relokasi dan pembangunan rumah baru untuk 25 rumah korban banjir akan dimulai setelah Hari Raya Idul Fitri.

Namun, hingga saat ini, janji tersebut belum terwujud meski sudah tiga bulan berlalu sejak bencana terjadi.

"Ibu tinggal di rumah berdua sama anak. Kalau hujan datang, apalagi pas malam-malam kita harus siap-siap, baju dimasukin keresek, perabotan diberesin. Soalnya ini kalau hujan airnya pasti naik, khawatir masuk lagi ke dalam rumah, jadinya tidur gak nyeyak," keluh Dede.

Dede menceritakan pengalaman mengerikan saat banjir bandang datang.

Saat itu, ia sedang menanak nasi di dapur ketika tiba-tiba air keruh masuk ke rumahnya.

Dalam kepanikan, ia berhasil menyelamatkan surat-surat berharga dan melarikan diri melalui jendela belakang rumahnya.

"Ibu kemarin pas kejadian tanggal 15 Maret lagi sendiri di rumah. Langsung lari lewat belakang ke kebun cuma bawa surat-surat aja. Kalau yang lain sudah gak ada yang bisa diselamatkan, lemari aja pada jatuh, pintu jebol. Tahun kemarin juga banjir, tapi paling parah tahun ini," jelas Dede.

Sementara itu, Kepala Desa Nyalindung, Oo Suprianta, mengungkapkan bahwa proses relokasi terhambat oleh ketidaksepakatan di antara warga.

Baca juga: 1.000 Jiwa Terdampak Ledakan Tambang di Bandung Barat, Rumah Retak dan Debu Tebal

Dari 25 rumah yang dihuni oleh 37 kepala keluarga, tidak semua bersedia untuk direlokasi.

"Salah satu syarat relokasi kan surat pernyataan kesiapan dari warga. Ada 27 KK yang siap direlokasi. Sisanya menolak dengan berbagai alasan seperti memiliki nilai sejarah dan lain-lain," kata Oo.

Masyarakat kini berharap agar pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk menyelesaikan masalah ini demi keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau