Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Laku 600 Ekor, Sekarang Cuma 2: Ada Apa di Pasar Hewan Tanjungsari?

Kompas.com, 3 Juni 2025, 13:19 WIB
Aam Aminullah,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

SUMEDANG, KOMPAS.com – Menjelang Idul Adha 1446 Hijriah, para peternak dan pedagang hewan kurban di Pasar Hewan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mengeluhkan sepinya pembeli dan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang belum mereda.

H. Umar, pedagang kambing asal Kecamatan Tanjungsari, menyebut penjualan tahun ini anjlok drastis dibanding tahun lalu.

"Tahun ini mah sepi pisan, barang (kambing dan domba) banyak, pembelinya sepi," ujar Umar kepada Kompas.com di Pasar Hewan Tanjungsari, Selasa (3/6/2025) pagi.

Ia mengungkapkan, jika tahun lalu mampu menjual hingga 500 sampai 600 ekor kambing, tahun ini baru puluhan ekor yang laku.

Baca juga: Hewan Kurban di Jakarta Timur Dipastikan Bebas Penyakit Berbahaya

"Tahun lalu, bisa jual sampai 600 ekor. Sekarang, empat hari menjelang Lebaran baru jual puluhan ekor, hari ini baru bisa jual dua ekor. Parah pisan sekarang, pembelinya gak ada," tutur Umar.

Menurut Umar, penurunan daya beli diduga karena kondisi ekonomi masyarakat yang sedang sulit.

"Mungkin karena sekarang ekonomi lagi susah, orang-orang lagi pada susah cari uang," sebutnya.

Dari sisi harga, ia menyebut tidak ada kenaikan signifikan menjelang Idul Adha. Kambing atau domba tipe Super A dijual Rp 7,5 juta hingga Rp 8 juta per ekor, Super B sekitar Rp 6,5 juta, dan tipe C sekitar Rp 2,5 juta.

Baca juga: Hasil Penjualan Buat Biaya Haji Orangtua, Sapi Kurban Prabowo Dibeli Rp 125 Juta

"Kalau harga normal, malah di Pasar Tanjungsari ini harganya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga di Bandung," kata Umar.

Hal serupa disampaikan H. Daud, peternak sekaligus pedagang sapi asal Tanjungsari. Ia mengaku, penjualan sapi tahun ini juga turun drastis dibanding tahun sebelumnya.

"Kalau yang umum harganya normal di kisaran segitu. Jarang-jarang yang beli kualitas super yang Rp 30 juta ke atas. Masalahnya yang belinya sekarang mah gak ada, kalau tahun lalu bisa jual sampai 200 ekor, tahun ini mah cuma puluhan ekor," ujar Daud.

Daud juga menghadapi masalah tambahan: banyak sapi miliknya mati akibat PMK.

"Makanya, tahun sekarang mah udah gak aneh pedagang sapi itu jual setengah harga. Pembelinya kurang, belum lagi masalah penyakit yang belum ada obatnya. Bikin pusing, malem kasih makan, besoknya harus dikubur," tutur Daud.

Ia berharap pemerintah hadir memberikan solusi terhadap penyakit yang menyerang hewan ternak.

"Iya harapannya, mohonlah pemerintah punya solusi mengatasi masalah penyakit ini, jadi peternak seperti kita ga terlalu rugi seperti sekarang," sebutnya.

Sementara itu, Lia Damayanti (45), warga Simpang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang, mengaku rutin membeli hewan kurban di Pasar Hewan Tanjungsari karena harganya yang lebih terjangkau.

"Hampir tiap tahun menjelang Idul Adha memang beli kambing langsung ke sini. Harganya lebih murah. Dulu juga waktu masih tinggal di Bandung belinya ke sini, tahu dari bapak yang udah langganan juga di sini," kata Lia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau