BANDUNG BARAT, KOMPAS.com – Sungai Citarum, yang merupakan urat nadi vital bagi Jawa Barat, kembali menjadi sorotan publik karena tumpukan sampah.
Fokus kali ini tertuju pada ruas Citarum di bawah Jembatan BBS, yang menghubungkan Kecamatan Batujajar dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Di lokasi ini, sungai kembali berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah yang mencengangkan banyak pihak.
Baca juga: Viral Video Jembatan Apung Cijeruk Patah Dihantam Aliran Sungai Citarum Saat Pengendara Menyeberang
Fenomena berulang ini jelas menunjukkan adanya disfungsi sistematis dalam tata kelola lingkungan serta kurangnya kesadaran ekologis kolektif di tengah masyarakat.
Pada Kamis (12/6/2026), terlihat hamparan sampah mengapung memenuhi permukaan air.
Berbagai jenis limbah, seperti plastik, sisa kain industri, furnitur bekas, hingga gulma eceng gondok, tumbuh subur di lokasi tersebut.
Baca juga: BBWS Citarum Beri Ultimatum Haji Endang: Kalau Diabaikan, Kita Bakal Bongkar Paksa Jembatan
Realitas ini sangat kontras dengan harapan yang sempat membubung tinggi saat Sungai Citarum mendapatkan perhatian nasional dan global, khususnya setelah aksi bersih-bersih masif oleh Pandawara Group.
"Tiap hari juga ada kalau sampah mah kalau di sini. Saya setiap hari soalnya di sini mungut sampah," ungkap Ade Taryo (48), seorang pemungut sampah yang berjuang melawan limbah di Sungai Citarum, memberikan kesaksian langsung tentang kondisi yang tak kunjung membaik.
Ade Taryo mengibaratkan wilayah sungai di bawah Jembatan BBS sebagai sebuah "terminal" tempat tumpukan sampah kiriman dari hulu.
Senada dengan Ade, Dido (34), salah seorang pedagang di kawasan Jembatan BBS, juga mengamati bahwa pemandangan tumpukan sampah di Citarum umumnya mencapai puncaknya di sore hari.
Sampah didorong oleh aliran dari hulu, dan terkadang kembali lagi karena angin kencang.
"Biasanya sore suka banyak sampah, ini lagi lumayan gak terlalu banyak karena udah terdorong ke hilir. Nah biasanya kalau ada angin kencang dari hilir itu kebawa lagi ke sini," ucapnya.
Dari sudut pandang ekologi, kondisi Sungai Citarum ini merupakan indikator jelas dari ketidakseimbangan yang parah, di mana beban limbah telah melampaui kapasitas asimilatif alami sungai sebagai ekosistem kompleks.
Kaitannya dengan viralnya Pandawara, apa yang terjadi di Citarum hari ini menjadi pengingat pahit bahwa antusiasme sesaat untuk membersihkan tidak akan cukup tanpa perubahan perilaku dan kebijakan fundamental yang berkelanjutan.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung Barat memiliki peran krusial dalam mengatasi krisis ini melalui kebijakan yang lebih tegas, penegakan hukum, dan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat, demi masa depan ekologi Citarum yang lebih baik.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang