BANDUNG, KOMPAS.com – Pemandangan berbeda terlihat saat pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMP Garuda Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (14/7/2025). Sekolah ini hanya menerima 11 siswa baru untuk tahun ajaran 2025/2026.
Tidak seperti sekolah lainnya yang dipenuhi sorak orangtua, warna-warni balon, dan semangat anak-anak berseragam baru, MPLS di SMP Garuda berlangsung sederhana dan senyap.
Hanya terdengar suara tawa siswa berseragam putih merah di ruang kelas. Meski diguyur hujan, upacara pembukaan tetap berlangsung khidmat, diikuti siswa kelas VIII dan IX serta sejumlah guru.
Beberapa siswa tampak berlarian menuju lantai dua untuk memecahkan balon sebagai tanda dimulainya kegiatan MPLS.
Anita Chandra, salah satu guru SMP Garuda, membenarkan bahwa hingga hari pertama MPLS hanya ada sebelas siswa baru yang mendaftar.
"Itu belum datang semua, mungkin masih agak gimana gitu, tapi pihak sekolah tidak memberatkan, silakan untuk masih bisa (tidak masuk). Tetapi tentu dengan aturan, tidak semena-mena saja," kata Anita kepada Kompas.com di sela-sela kegiatan.
Ia menambahkan, biasanya masih ada tambahan pendaftar setelah MPLS bahkan saat kegiatan belajar mengajar (KBM) sudah berjalan.
"Seperti tahun kemarin sedang berlangsungnya KBM itu, suka ada juga yang daftar. Jadi masih ada potensi bertambah lagi," ujar dia.
Menurut Anita, MPLS di sekolah ini dirancang ramah dan akrab. Tujuannya agar siswa merasa nyaman dengan lingkungan sekolah, teman seangkatan, kakak kelas, dan para guru.
Baca juga: SMA Pasundan 1 Tasik Sepi Siswa di Tengah Aturan Dedi Mulyadi Masuk 06.30 WIB
"Kita buat seseru mungkin, penuh makna tentang kehidupan, bagaimana tiga tahun ke depan siswa baru punya rumah baru. Kemudian bagaimana mereka dituntut untuk lebih dewasa, lebih mandiri," tuturnya.
"Karena ketika masuk SMP itu, ada dunia baru yaitu dunia remaja ya, yang akan lebih mengerti kemudian bagaimana cara berkomunikasi dengan teman baru, kemudian dalam menghadapi rintangan," sambungnya.
Saat ini, total siswa aktif di SMP Garuda Dayeuhkolot berjumlah 40 orang. Menurut Anita, setiap tahun biasanya juga ada siswa pindahan untuk kelas VIII dan IX.
Diketahui, SMP Garuda Dayeuhkolot tidak memungut biaya pendaftaran maupun SPP bulanan dari siswa baru. Namun demikian, sekolah ini tetap menghadapi tantangan dari sistem zonasi. Banyak warga di sekitar Kampung Sukabirus dan Kampung Lamajang lebih memilih menyekolahkan anak ke SMPN 1 Dayeuhkolot.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang