Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret MPLS di SMP Garuda Dayeuhkolot yang Hanya Punya 11 Siswa Baru...

Kompas.com, 14 Juli 2025, 09:58 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Pemandangan berbeda terlihat saat pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMP Garuda Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (14/7/2025). Sekolah ini hanya menerima 11 siswa baru untuk tahun ajaran 2025/2026.

Tidak seperti sekolah lainnya yang dipenuhi sorak orangtua, warna-warni balon, dan semangat anak-anak berseragam baru, MPLS di SMP Garuda berlangsung sederhana dan senyap.

Hanya terdengar suara tawa siswa berseragam putih merah di ruang kelas. Meski diguyur hujan, upacara pembukaan tetap berlangsung khidmat, diikuti siswa kelas VIII dan IX serta sejumlah guru.

Beberapa siswa tampak berlarian menuju lantai dua untuk memecahkan balon sebagai tanda dimulainya kegiatan MPLS.

Baca juga: Pelajar Tasikmalaya Berlarian Sambil Hujan-hujanan hingga Orangtua Kelimpungan Turuti Aturan Dedi Mulyadi Masuk 06.30 WIB

Anita Chandra, salah satu guru SMP Garuda, membenarkan bahwa hingga hari pertama MPLS hanya ada sebelas siswa baru yang mendaftar.

"Itu belum datang semua, mungkin masih agak gimana gitu, tapi pihak sekolah tidak memberatkan, silakan untuk masih bisa (tidak masuk). Tetapi tentu dengan aturan, tidak semena-mena saja," kata Anita kepada Kompas.com di sela-sela kegiatan.

Ia menambahkan, biasanya masih ada tambahan pendaftar setelah MPLS bahkan saat kegiatan belajar mengajar (KBM) sudah berjalan.

"Seperti tahun kemarin sedang berlangsungnya KBM itu, suka ada juga yang daftar. Jadi masih ada potensi bertambah lagi," ujar dia.

Menurut Anita, MPLS di sekolah ini dirancang ramah dan akrab. Tujuannya agar siswa merasa nyaman dengan lingkungan sekolah, teman seangkatan, kakak kelas, dan para guru.

Baca juga: SMA Pasundan 1 Tasik Sepi Siswa di Tengah Aturan Dedi Mulyadi Masuk 06.30 WIB

"Kita buat seseru mungkin, penuh makna tentang kehidupan, bagaimana tiga tahun ke depan siswa baru punya rumah baru. Kemudian bagaimana mereka dituntut untuk lebih dewasa, lebih mandiri," tuturnya.

"Karena ketika masuk SMP itu, ada dunia baru yaitu dunia remaja ya, yang akan lebih mengerti kemudian bagaimana cara berkomunikasi dengan teman baru, kemudian dalam menghadapi rintangan," sambungnya.

Saat ini, total siswa aktif di SMP Garuda Dayeuhkolot berjumlah 40 orang. Menurut Anita, setiap tahun biasanya juga ada siswa pindahan untuk kelas VIII dan IX.

Diketahui, SMP Garuda Dayeuhkolot tidak memungut biaya pendaftaran maupun SPP bulanan dari siswa baru. Namun demikian, sekolah ini tetap menghadapi tantangan dari sistem zonasi. Banyak warga di sekitar Kampung Sukabirus dan Kampung Lamajang lebih memilih menyekolahkan anak ke SMPN 1 Dayeuhkolot.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau