Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cetak Atlet Dunia, SMA Legendaris Tamsis Bandung Kini Cuma Punya 23 Siswa, Tambah 1 Tahun Ini

Kompas.com, 25 Juli 2025, 16:11 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Sekolah legendaris Tamansiswa Bandung, Jawa Barat, kini hanya memiliki 23 siswa aktif, meski pernah melahirkan tokoh-tokoh besar di Indonesia, dari gubernur, wakil menteri, hingga atlet tingkat dunia.

Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa Cabang Bandung memiliki sejarah panjang sejak berdiri pada 1922 oleh Ki Hajar Dewantara.

Dulu, sekolah ini menjadi pilihan utama banyak orangtua di Bandung dan dikenal sebagai pencetak generasi unggulan.

Baca juga: Kepsek SMA Pencetak Atlet Voli: Kebijakan Dedi Mulyadi Bikin Kami Terancam Bangkrut!

Nama-nama besar seperti dua mantan Gubernur Jawa Barat Sanusi Hardjadinata dan Aang Kunafi, mantan pebulu tangkis dunia Taufik Hidayat yang kini menjabat Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga, serta mantan pemain Persib dan Timnas Sepakbola Indonesia, Atep dan Eka Ramdani, adalah jebolan Tamansiswa Bandung.

“Terakhir itu ada Fikri yang bermain di All England. Dulu malah pelopor sekolah atlet itu Tamansiswa zaman kejayaannya itu ya, memang sekitar tahun 80 sampai 2010 lah ya,” ujar Ketua Bidang Organisasi dan Panitera Yayasan Tamansiswa, Anwar Hadjah, Jumat (25/7/2025).

Jumlah siswa Tamsis menurun sejak 2012

Anwar menyebut kejayaan sekolah ini berada di puncaknya pada 1980-an hingga awal 2000-an.

Baca juga: Kronologi 75 Siswa SMA di Sumba Barat Daya NTT Diduga Keracunan MBG

Namun, sejak 2012 minat masyarakat terus menurun, terlebih setelah kebijakan sistem zonasi diberlakukan.

“Tiap tahun memang mengalami penurunan terutama sejak berlakunya zonasi,” ujarnya.

Kini, SMA Tamansiswa hanya memiliki 23 siswa aktif, termasuk satu siswa baru yang masuk pada tahun ajaran 2025/2026.

“SMP sekitar itu juga. Tahun kemarin itu sekitar 12 orang,” kata Anwar.

Meskipun jumlah siswa menyusut drastis, semangat para guru tetap menyala.

"Kita kan harus bertanggung jawab. Jadi tetap dilakukan (proses pengajaran), gurunya juga semangat. Siswa walaupun satu tapi dia semangat untuk terus belajar," ucapnya.

Anwar berharap pemerintah memberikan perhatian lebih kepada sekolah swasta, mengingat peran besar mereka sejak zaman perjuangan.

"Sekolah swasta itu adalah mitra, bukan kompetitor. Jadi, harus ada kebijakan yang berpihak kepada sekolah-sekolah swasta. Nah, sekolah swasta itu sudah berjuang sejak zaman penjajahan," katanya.

Dua bangunan sekolah Tamansiswa Bandung bahkan merupakan sumbangan dari para alumninya yang kini menjadi tokoh nasional, seperti Aang Kunafi dan Ahmad Heryawan.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Jadi Tempat Wamenpora hingga Gubernur Jabar Timba Ilmu, SMA Taman Siswa Bandung Kini Menyedihkan

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau