Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SMP di Indramayu Tak Bisa Membaca, Bupati Lucky Hakim: Saya Kaget

Kompas.com, 19 Agustus 2025, 08:20 WIB
Reni Susanti

Editor

INDRAMAYU, KOMPAS.com – Sebuah video viral siswa SMP kelas 9 tidak bisa membaca membuat Bupati Indramayu, Lucky Hakim, kaget.

Lucky mengaku makin kaget saat melihat video siswa SMA kelas 12 tidak mampu menyelesaikan soal perkalian sederhana 3 x 4.

“Saya kaget banget lihat video ketika Kasatpol PP Indramayu merazia anak-anak yang lagi bolos sekolah,” ujar Lucky Hakim dikutip dari Tribun Jabar, Selasa (19/8/2025).

Fenomena ini terungkap saat Satpol PP Indramayu melakukan razia di kawasan Makam Selawe, Sindang, pada Senin (11/8/2025). Sedikitnya ada 10 siswa yang kedapatan membolos dan langsung dibawa ke kantor Satpol PP untuk mendapatkan pembinaan.

Dalam proses pembinaan, terkuak fakta mengejutkan: beberapa siswa sama sekali tidak bisa membaca maupun berhitung dasar.

Baca juga: Miris, Siswa SMP di Indramayu Tak Bisa Baca, Siswa SMA Tak Tahu 3x4

Banyak Lulusan SD Belum Bisa Membaca

Menurut Lucky, masalah ini bukan kasus tunggal. Bahkan, ada laporan bahwa cukup banyak anak lulusan SD yang belum bisa membaca.

“Saya langsung kaget, saya tanya sama beberapa (jajarannya), ternyata memang banyak, banyak anak lulus SD yang tidak bisa baca,” kata Lucky.

Ia mengaku langsung berusaha mencari tahu faktor penyebab kondisi tersebut.

“Ada beberapa jawaban-jawaban karena masalah kurikulum lah, undang-undang pendidikan lah, dan lain-lain,” ujarnya.

Baca juga: Lagi, Bupati Lucky Hakim Copot Kades di Indramayu Imbas Kejanggalan Anggaran

PR Besar Dunia Pendidikan

Lucky menyebut kondisi ini sebagai pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah, sekaligus menjadi alarm serius bagi sistem pendidikan nasional.

“Kita tuh membangun kabupaten dengan segala upaya, tapi kalau banyak orang-orang yang sudah umur belasan tahun, pernah sekolah, terus nggak bisa baca, ini gimana?” ucapnya.

Bupati Indramayu itu juga meminta dukungan pemerintah pusat agar fenomena ini bisa ditangani secara menyeluruh.

Fenomena Nasional

Kasus serupa juga pernah ditemukan di daerah lain. Berdasarkan data PISA (Programme for International Student Assessment) 2022, sebanyak 75 persen anak usia 15 tahun di Indonesia memiliki kemampuan membaca di bawah standar. Sementara itu, 82 persen kemampuan matematika anak Indonesia juga berada di level rendah.

Sebelumnya, di Buleleng, Bali, ditemukan 433 siswa SMP yang tidak bisa membaca. Survei Universitas Pendidikan Ganesha menyebut 43,1 persen siswa masih berada di level dasar atau belum hafal abjad.

Penyebab Utama

Mendikdasmen Abdul Muti menyoroti sejumlah faktor yang menyebabkan banyak siswa SMP belum bisa membaca, antara lain:

1. Kebijakan naik kelas otomatis.
2. Gangguan disleksia.
3. Pembelajaran berdiferensiasi.
4. Kurangnya keterlibatan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ini Penyebab Siswa SMP dan SMA di Indramayu Tak Bisa Baca dan Berhitung, Bikin Kesal Lucky Hakim 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau