BANDUNG BARAT, KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat mengakui belum memiliki kesiapan penuh dalam menghadapi potensi gempa akibat aktivitas Sesar Lembang, termasuk belum tersedianya alat pendeteksi dini gempa atau Early Warning System (EWS).
“Sampai saat ini KBB belum ada (EWS), tapi memang kita selalu mengingatkan sosialisasi, ke anak-anak sekolah, jalur-jalur ke luar ruangan, tiap tahun kita sosialisasi,” ungkap Sekretaris Daerah Bandung Barat Ade Zakir saat dikonfirmasi, Selasa (19/8/2025).
Padahal, Sesar Lembang kembali bergerak dengan magnitudo 1,8 pada Kamis (14/8/2025) sore setelah cukup lama tidak menunjukkan aktivitas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat pusat gempa berada di segmen Cimeta dan tergolong sebagai gempa kerak dangkal.
Baca juga: BMKG Sebut Ada Peningkatan Aktivitas di Sesar Lembang sejak 24 Juli 2025
BPBD Bandung Barat menerima laporan warga yang merasakan getaran tersebut di Desa Pasirlangu, Tugumukti, dan Pasirhalang, Kecamatan Cisarua.
Ade menambahkan, sejauh ini Pemkab hanya dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang garis sesar. “Ini selalu kita waspadai, bahwa gempa itu nyata ada… lebih baik kita bersiap jika ada gempa dan masyarakat sudah paham manakala terjadi gempa,” tuturnya.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi, Pemkab Bandung Barat juga melakukan pendataan warga yang tinggal di sepanjang 29 kilometer garis sesar. “Jadi soal itu memang kaitannya dengan penyusunan peta tematik dampak gempa,” kata Ade.
Kepala Pelaksana BPBD Bandung Barat Meidi menambahkan pihaknya telah menyiapkan rencana kontinjensi untuk skenario evakuasi warga ketika Sesar Lembang bergerak. “Ketika bicara Sesar Lembang, dampaknya tidak hanya di KBB, tapi meliputi Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, atau yang disebut Cekungan Bandung,” ujarnya.
Baca juga: Hadapi Sesar Lembang, Bupati Bandung Harap Ada Pertemuan Kepala Daerah Se-Bandung Raya
Meidi menyebut patahan Lembang membentang dari Desa Suntenjaya, Lembang hingga Padalarang dengan panjang 29 kilometer. “Dari data itu juga, Sesar Lembang bisa terjadi kapan saja,” ucapnya.
Ia berharap masyarakat meningkatkan kewaspadaan tanpa diliputi rasa panik. “Masyarakat boleh takut, tapi mohon dengan sangat, jangan ketakutan. Kita bekerjasama meminimalisir dampak kegempaan yang ditimbulkan,” tutur Meidi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang