BOGOR, KOMPAS.com – Ihdza Firman (17), siswa kelas XII jurusan Desain Gambar Mesin di SMKN 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, masih trauma setelah tertimpa reruntuhan atap ruang kelas yang ambruk pada Rabu (10/9/2025) pagi.
Kepalanya kini masih diperban akibat luka yang ia alami dalam peristiwa tersebut.
"Sekitar pukul 09.25, kami sedang ikut sosialisasi dari tamu industri. Tiba-tiba terdengar suara retakan 'kretak-kruk', lalu langsung dor, runtuh (atapnya) dan yang perempuan langsung histeris lari," kata Ihdza saat ditemui Kompas.com di depan kelasnya, Kamis (11/9/2025).
Sambil sesekali memegang kepalanya usai menjalani perawatan, ia menuturkan bahwa saat kejadian cuaca sedang cerah tanpa angin kencang maupun gempa.
Atap yang runtuh itu menimpa satu ruang pertemuan dan tiga ruang kelas yang saat itu terisi sekitar 25–30 siswa serta seorang guru yang sedang hamil.
Baca juga: Pastikan Korban Atap Sekolah Ambruk di Cileungsi Tertangani, Bupati Bogor: Kami Tak Tutup Mata
"Guru itu juga kena, syok, tetapi alhamdulillah sekarang sudah aman," ucapnya.
Akibat peristiwa tersebut, kegiatan belajar mengajar di SMKN 1 Cileungsi dialihkan sementara secara daring.
Ihdza menyebut, informasi dari guru menyatakan sistem pembelajaran jarak jauh akan berlangsung setidaknya hingga awal pekan depan.
"Info yang saya dapat sampai Senin atau Selasa masih daring. Kalau tenda darurat dari kementerian nanti dipakai untuk kelas 10 dan 11," kata dia.
Baca juga: Atap SMKN 1 Cileungsi Ambruk, Mendikdasmen Janji Perbaiki, Bangun Tenda Darurat
Menurut Ihdza, sejauh ini biaya pengobatan korban ditanggung penuh oleh pemerintah.
Ia juga mendengar ada rencana perbaikan fasilitas sekolah sekaligus audit bangunan agar kejadian serupa tidak terulang.
"Setahu saya baru pengobatan yang ditanggung. Katanya nanti diperbaiki lagi fasilitasnya, terus gedung-gedung yang lain harus diaudit dan dicek," tuturnya.
Ihdza menambahkan, runtuhnya atap tidak didahului tanda-tanda sebelumnya.
"Sehari sebelumnya tidak ada tanda-tanda. Pas kejadian itu saja, saya cuma dengar keretakan dulu, lalu langsung besar, bertahap ke kanan dan ke kiri ruang lainnya," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang