KARAWANG, KOMPAS.com - Dedeh (57) terlihat duduk menyelonjorkan kaki di atas kasur yang terletak di ruang tamu tanpa sekat, Selasa (23/9/2025).
Wajahnya tampak termangu memandangi rumah reyot yang ia huni.
Dinding bilik rumahnya bolong, usuk bambu keropos, dan lantai terbuat dari tanah yang hanya dialasi terpal.
Atap dapur rumah tersebut pun dalam kondisi memprihatinkan, dengan puing-puing yang berjatuhan.
Beberapa bagian atap di depan rumah ditambal menggunakan karung dan spanduk.
Baca juga: Kisah Pilu Perempuan Sukabumi Jadi Korban TPPO di China, Ibunya Bertahan dengan Upah Rp 30.000
Dedeh, yang mengalami cedera kaki dan tidak dapat berjalan, mengaku pasrah dengan kondisinya.
Penyakit darah tinggi dan sesak napas yang dideritanya semakin membatasi kemampuannya untuk membantu suaminya mencari nafkah.
"Tidak bisa jalan," ujar Dedeh saat ditemui Kompas.com.
Rumah yang berjarak sekitar lima menit dari Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang ini terletak di Kampung Kiaralawang, RT 001, RW 021, Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat.
Dedeh tinggal bersama suaminya, Amad (58), anak, menantu, dan dua orang cucu, total enam orang dalam satu rumah.
Di dalam rumah tersebut hanya terdapat tiga kamar seadanya, dengan satu kamar di antaranya tidak disekat dan tanpa fasilitas toilet.
"Hanya ada kamar mandi, sumur dengan pompa air. Tidak ada WC. Biasanya kami numpang di saudara atau di selokan," kata Amad.
Amad menjelaskan, rumah berukuran sekitar 12 x 6 meter itu belum pernah diperbaiki selama lebih dari 10 tahun.
Ketika hujan disertai angin, ia dan keluarganya terpaksa mengungsi. Atap rumah pun bocor di berbagai tempat.
"Kalau hujan mengungsi, kalau ada angin lari. Takut ambruk," tambah Amad.