Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan soal Kematian Siswi SMKN 1 Cihampelas Dikaitkan Keracunan MBG

Kompas.com, 1 Oktober 2025, 17:39 WIB
Bagus Puji Panuntun,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com – Meninggalnya Bunga Rahmawati, siswi XII SMKN 1 Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (30 /9/2025), dikaitkan dengan kasus keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di SMKN 1 Cihampelas pada Rabu (24/9/2025).

Pihak sekolah menegaskan Bunga tidak termasuk dalam daftar korban MBG.

“Betul siswa kami ikut konsumsi MBG. Namun saat kejadian tidak tercatat masuk posko, puskesmas, maupun rumah sakit,” kata Dady, salah seorang guru SMKN 1 Cihampelas saat dihubungi via WhatsApp, Selasa (30/9/2025).

Tercatat ada 121 siswa SMKN 1 Cihampelas mengalami mual, pusing, kejang, hingga sesak napas setelah menyantap MBG.

Baca juga: 65 Siswa SMKN 1 Cihampelas Keracunan MBG, Ambulans Hilir Mudik di Halaman Sekolah

Belum bisa dikatikan dengan keracunan MBG

Hal senada disampaikan Kepala Puskesmas Cihampelas, Edah Jubaidah.

Ia mengatakan kematian Bunga belum bisa dikaitkan langsung dengan kasus keracunan massal MBG.

Baca juga: Farhan Ungkap Masalah Lain Teras Cihampelas: Tak Cuma Atas, Tiang Rusak Tali Air...

“Sejak awal kejadian, almarhumah tidak pernah mengeluh gejala keracunan. Bahkan Senin (29/9/2025) dia masih masuk sekolah,” ujar Edah saat dikonfirmasi.

Edah menilai jeda waktu antara konsumsi MBG dengan munculnya gejala cukup panjang, sekitar 4–5 hari.

Hal ini membuka kemungkinan adanya faktor lain di luar MBG.

“Gejalanya memang mengarah ke keracunan, tapi pemicunya belum bisa disimpulkan dari MBG, karena pasien juga mungkin mengonsumsi makanan lain,” jelas Edah.

Bunga mengeluh mual dan pusing

Sementara itu, Camat Cihampelas Agus Rudiyanto mengatakan sempat bergegas ke rumah duka sesaat setelah kabar tentang Bunga meninggal karena MBG viral di media sosial.

“Keterangan dari keluarga, Neng Bunga ini tadinya memang mengeluh mual-mual, pusing, sama seperti gejala keracunan. Tapi itu belum bisa dipastikan apakah dari MBG atau bukan,” kata Agus saat dikonfirmasi, Rabu (1/10/2025).

Agus menjelaskan, Bunga memang menjadi penerima manfaat program MBG di sekolahnya.

Ia juga ikut menyantap makanan saat peristiwa keracunan massal, namun baru merasakan gejala beberapa hari kemudian.

“Tapi pada hari Rabu atau Kamis, dia gak merasakan gejala. Barulah pada hari Senin malam merasakan gejala seperti keracunan,” papar Agus.

Menurut Agus, kondisi Bunga memburuk pada Selasa siang hingga kritis dan akhirnya meninggal dunia saat perjalanan menuju rumah sakit.

“Yang pertama kali menemukan adiknya sepulang sekolah. Katanya di mulutnya sudah penuh busa. Bunga akhirnya meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit,” tutur Agus.

Pihak keluarga Bunga hingga kini belum memberikan keterangan resmi soal riwayat kesehatan Bunga sebelum meninggal.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau