Editor
BANDUNG BARAT, KOMPAS.com – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menyebut keluarga Bunga Rahmawati (17), siswi SMKN 1 Cihampelas, menolak dilakukan otopsi untuk memastikan penyebab kematian Bunga.
Kematian Bunga ramai dikaitkan dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Baca juga: Siswi Penerima MBG di KBB Meninggal, RSUD Cililin Sebut Perlu Otopsi untuk Pastikan Penyebab
Pekan lalu, 121 siswa SMKN 1 Cihampelas sempat keracunan setelah mengonsumsi menu MBG. Bunga juga sempat memakan menu tersebut, meski saat itu tidak masuk daftar korban.
Namun, di media sosial, kematiannya dikaitkan dengan kasus keracunan massal itu.
"Pasien datang dalam keadaan death on arrival. Untuk memastikan penyebabnya harus melalui pemeriksaan forensik. Kami sudah menyarankan otopsi, tetapi keluarga menolak," ujar Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cililin, dr Dwi Anggitasari Puspita, Rabu (1/10/2025).
Baca juga: Ini Penjelasan soal Kematian Siswi SMKN 1 Cihampelas Dikaitkan Keracunan MBG
Dwi mengatakan, tanpa otopsi, sulit mengungkap penyebab meninggalnya Bunga.
"Pemeriksaan toksikologi hanya bisa dilakukan lewat sampel lambung. Itu kewenangan forensik, bukan IGD. Jadi, kami tidak bisa menyimpulkan," jelasnya.
Dwi menjelaskan, sebelum dibawa ke RSUD Cililin, Bunga sempat mengalami kejang-kejang dan mengeluarkan busa di mulutnya.
Namun, saat tiba di rumah sakit, petugas tidak menemukan muntah maupun busa di mulut gadis tersebut.
"Kalau pun ada muntahan, sampelnya harus ditangani khusus. Itu di luar kewenangan kami," tambahnya.
"Intinya, pasien datang ke RSUD Cililin sudah meninggal. Untuk tahu penyebabnya harus ada pemeriksaan lebih lanjut. Itu keputusan ada di keluarga," katanya.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan bahwa kasus meninggalnya Bunga tidak ada kaitannya dengan MBG.
“Itu kan sudah dijelaskan dari sana bahwa itu tidak ada hubungannya,” ujar Dadan saat ditemui di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).
Menurutnya, pihak keluarga korban tidak memberikan izin untuk dilakukan otopsi, sehingga penyebab pasti kematian tidak bisa dipastikan lebih lanjut. (Suparjo Ramalan, Kontributor Bandung Barat Bagus Puji Panuntun)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang