BANDUNG, KOMPAS.com - Di sudut ruangan Kelurahan Kopo, Kecamatan Bojongloa Kaler, semangat gotong royong dan kemandirian warga tumbuh subur.
Dari inisiatif tersebut lahir Koperasi Merah Putih Kopo, yang kini dikenal sebagai salah satu koperasi paling aktif di Kota Bandung.
Dede Rahmat (56), Ketua Koperasi Merah Putih Kopo, mengenang awal berdirinya koperasi yang diluncurkan 21 Juli 2025.
"Koperasi ini lahir berdasarkan instruksi dari Pemerintah Pusat yang menargetkan pembentukan 80.430 koperasi di seluruh Indonesia. Salah satunya di Kelurahan Kopo," ujar Dede saat ditemui di sela aktivitasnya.
Meskipun program pemodalan pemerintah belum cair, Koperasi Merah Putih Kopo tidak tinggal diam.
Baca juga: Merah Putih di Hati, Bukan di Dinding: Perjuangan 58 Koperasi Desa Bangkitkan Ekonomi Lebak
Dengan semangat mandiri, pengurus dan anggota koperasi mengumpulkan modal secara swadaya.
"Kita kumpulkan uang dari anggota atau simpanan anggota dan uang investor, kurang lebih terkumpul 30 juta rupiah. Dari situ kami belikan minyak dan beras ke Bulog," ungkapnya.
Saat ini, koperasi memiliki 187 anggota aktif, dengan simpanan pokok sebesar Rp 50.000 dan iuran wajib Rp 10.000 per bulan.
Modal yang terkumpul digunakan untuk usaha perdagangan kebutuhan pokok.
Hingga kini, koperasi telah melakukan enam kali pemesanan beras ke Bulog, yang dimulai dari satu ton pada awal berdiri hingga kini mencapai dua ton per pesanan, serta tiga kali pemesanan minyak goreng dalam jumlah besar.
"Jadi (Koperasi Merah Putih) Kopo untuk saat ini mungkin koperasi yang sudah berjalan tanpa ada bantuan dari pemerintah," tegas Dede.
Baca juga: Perang dengan Pasar Murah, Koperasi Merah Putih Palembang di Ujung Tanduk
Pengurus koperasi tengah berbincang di Ruangan LPM Kelurahan kopo, Bojong Loa Kaler, Kota bandung, yang dipakai sebagai Koperasi Merah Putih Kopo, Kamis (16/10/2025)Meski demikian, perjuangan koperasi ini masih panjang. Koperasi Kopo belum memiliki gerai tetap dan saat ini masih menumpang di ruang LPM Kelurahan Kopo.
Dukungan dari perangkat wilayah seperti RT/RW juga dinilai masih minim. Sosialisasi koperasi pun hanya dilakukan melalui bantuan dari mulut ke mulut anggota.
"Sejujurnya kami belum mendapat dukungan dari pengurus daerah. Tapi kami tidak berhenti, kami buktikan koperasi bisa berjalan tanpa harus menunggu siapapun," tegasnya.