SUMEDANG, KOMPAS.com — Kehadiran Sekolah Rakyat Terintegrasi 4 Sumedang (SRT 4) di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, bukan hanya membuka akses pendidikan bagi anak-anak dari berbagai latar belakang, tetapi juga menjadi penopang ekonomi bagi keluarga kurang mampu.
Enung Nurlaela, warga Bongkok, Kecamatan Paseh, salah satu orangtua murid, mengaku sangat terbantu dengan adanya sekolah tersebut.
Baca juga: Dari Lembah Sunyi Menuju Cahaya: Kisah 3 Siswa Sekolah Rakyat Bandung Menenun Mimpi
Putrinya, Elsa Rahma, saat ini duduk di SMP Desil 2 dan tinggal di asrama SRT.
“Alhamdulillah, terima kasih saya kepada Pak Menteri dan Bapak Presiden. Kami sekarang juga tidak harus pusing memikirkan biaya untuk sekolah dan kebutuhan lain yang terkait dengan sekolah anak saya. Saya sangat terbantu, bersyukur dengan adanya sekolah rakyat ini dan berharap program ini terus dikembangkan dan berkelanjutan,” ujar Enung, Senin (13/10/2025).
Baca juga: Sekolah Rakyat, Solusi Problem Ketimpangan Akses Pendidikan?
Enung mengatakan, sebelum bersekolah di SRT, keluarganya sering kesulitan memenuhi kebutuhan sekolah. Namun kini, beban ekonomi keluarga jauh berkurang.
Selain meringankan biaya, perubahan besar juga dialami Elsa.
Anak yang semula pemalu itu kini menjadi lebih percaya diri.
“Anak ibu ini sebelumnya pemalu, pendiam, dan lebih sering di rumah. Tapi setelah sekolah dan tinggal di asrama SRT, sekarang jadi berani tampil. Tadi saja dia membacakan puisi di hadapan Pak Menteri (Mensos Saifullah Yusuf) dan banyak orang,” ucap Enung dengan mata berbinar.
Elsa pun mengakui awalnya sempat rindu rumah, namun suasana hangat dan kebersamaan di lingkungan sekolah membuatnya nyaman.
“Awalnya sering nangis, kangen ibu, pingin pulang ke rumah. Tapi sekarang sudah betah karena teman-teman, guru, dan semua di sini baik. Sekarang saya senang sekolah dan tinggal di sini,” tutur Elsa.
Bagi Elsa, bersekolah di SRT juga menumbuhkan motivasi untuk meraih cita-cita.
“Saya ingin jadi dokter, teman saya di sini banyak yang pintar dan punya kelebihan masing-masing, ada yang jago ngelukis, ada yang suaranya bagus dan itu menumbuhkan motivasi pada saya untuk juga bisa berprestasi,” katanya.
Guru SRT 4 Sumedang, Yesi Hendayani, mengakui tantangan mengajar di sekolah ini cukup besar karena siswa datang dari berbagai latar belakang dan usia.
Namun, semangat kebersamaan menjadi kunci utama keberhasilan.
“Anak-anak di sini punya latar belakang berbeda. Untuk mengondisikan mereka, apalagi yang masih SD, perlu perhatian ekstra. Tapi kami bersyukur, di SRT 4 ini semua saling membantu. Mulai dari guru, wali asuh, wali asrama, sampai satpam,” ujar Yesi.
Peran guru, lanjut Yesi, tidak hanya sebatas akademik, tapi juga mendampingi anak-anak dalam keseharian mereka.
“Tantangannya besar, tapi semuanya kami jalani dengan ikhlas. Insya Allah, dinikmati karena kami percaya, di sinilah kami ikut membentuk masa depan anak-anak bangsa,” ujarnya.
Yesi berharap fasilitas SRT terus ditingkatkan agar pembinaan karakter dan pendidikan berjalan lebih optimal.
“Kami ingin, anak-anak di sini menjadi generasi yang baik, berguna bagi nusa dan bangsa. Dan semoga guru-gurunya juga lebih diperhatikan,” katanya penuh harap.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang