Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patung Diah Pitaloka dan Gajah Mada dari Pelepah Pohon Pisang Kering Tampil di Asia Afrika Carnival

Kompas.com, 19 Oktober 2025, 12:11 WIB
Putra Prima Perdana,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com- Gelaran Asia-Africa Carnival 2025 di Kota Bandung, Sabtu (18/10/2025), disemarakkan oleh sebuah kreasi unik yang berasal dari limbah.

Sekelompok muda-mudi Kampung Panyairan Jompo, Desa Cigugur Girang, Kabupaten Bandung Barat, berhasil menarik perhatian dengan mengarak instalasi seni yang dibuat sepenuhnya dari sisa pakan sapi berupa pelepah pisang kering.

Inovasi ini, yang menampilkan patung Putri Kerajaan Sunda Galuh Diah Pitaloka dan Patih Gajah Mada, adalah bentuk kepedulian mereka terhadap pengolahan limbah.

Baca juga: Palagan Nite Carnival, Salah Satu Event Andalan Pemkab Semarang Tarik Wisatawan

Puluhan pemuda asal Kampung Penyairan Jompo itu mengenakan seragam pangsi dan kebaya serba hitam, mengawal dan mendorong patung Diah Pitaloka dan Patih Gajah Mada yang sedang memegang pedang setinggi empat meter.

Patung Sapi Juga Ikut Tampil

Patung lainnya yang diarak berbentuk sapi. Dari keterangan yang ada di bagian bawah, patung tersebut merupakan replika dari sapi Andin.

Sapi ini menjadi lambang kebanggaan Kampung Panyairan Jompo yang rata-rata warganya memang berprofesi sebagai peternak sapi.

Dengan perawatan terbaik, Sapi Andin telah menorehkan berbagai prestasi gemilang baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.

Kualitas susu yang terbaik yang dihasilkan serta kondisi fisik yang prima, membuat sapi Andin sering menjadi juara di sejumlah kontes ternak, sehingga mengharumkan nama kampung Panyairan Jompo sebagai sentra peternakan sapi perah unggulan.

Instalasi ketiga yang diarak oleh pemuda kampung Panyairan Jompo adalah leuit atau lumbung padi penyimpanan beras dan bahan makanan yang menjadu identitas suku sunda.

Dibuat dari Limbah

Hal yang membuat unik dari instalasi muda mudi Kampung Panyairan Jompo terletak pada bahan baku pembuatan patung.

Mereka memanfaatkan sisa pakan sapi berupa pelepah pisang yang sudah kering dan tidak bisa dikonsumsi sapi.

"Ini bentuk kepedulian kami terhadap pengolahan limbah terutama pelepah pisang. Karena mayoritas masyaralat di kampung Panyairan Jompo itu masyarakatnya peternak, npelepah pisang itu dijadikan pakan sapi. Sementara pakan pelapah pisang ada yang kering, nah, yang kering itu kan biasanya dibuang," ujar Trisna, Ketua Karang Taruna Kampung Panyairan Jompo saat ditemui di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu siang.

3 Bulan Buat Patung

Trisna menjelaskan, butuh waktu hingga empat bulan untuk membuat instalasi yang mereka arak hari ini. Biaya yang dikeluarkan pun cukup lumayan.

Setidaknya, butuh Rp. 4.000.000 untuk menyelesaikan tiga karya seni tersebut.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau