CIANJUR, KOMPAS.com – Aksi unjuk rasa menolak proyek geotermal di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Cianjur, Jawa Barat, di depan gerbang Pendopo Bupati Cianjur, Rabu (10/12/2025), nyaris berujung bentrok.
Insiden bermula saat massa dari masyarakat kaki Gunung Gede Pangrango menjebol gerbang dan sempat berhadap-hadapan dengan aparat keamanan.
Namun, kedua belah pihak dapat menahan diri, sehingga kericuhan tidak berkembang menjadi bentrokan.
Dalam aksinya, massa menolak keras rencana pembangunan proyek panas bumi tersebut, karena dinilai akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan mengancam hajat hidup masyarakat setempat.
Baca juga: Kisah Erwin, 10 Tahun Menjaga Makam Para Leluhur Cianjur, Tak Sangka hingga Terbiasa
Pada kesempatan itu, massa juga menuntut komitmen Bupati Cianjur, Wahyu Ferdian, yang sebelumnya pernah berjanji akan menolak proyek tersebut.
“Kami menolak proyek geotermal, tanpa syarat dan tanpa kompromi,” ujar Deden, perwakilan massa aksi kepada Kompas.com, Rabu.
“Kami juga ke sini untuk menagih janji Pak Bupati yang dulu pernah menyatakan siap melawan geotermal. Namun, hari ini kami merasa dibohongi,” sambung dia.
Menurutnya, bupati tidak peduli terhadap aspirasi massa karena beberapa kali surat permohonan audiensi yang mereka layangkan tidak mendapat respons.
“Kalau peduli, seharusnya mendatangi kami. Kalau care terhadap lingkungan, ayo bareng-bareng (menolak geotermal),” ujar dia.
Selain itu, dalam orasinya, massa juga mendesak bupati untuk merevisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 17 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang dinilai membuka ruang bagi proyek geotermal.
Massa juga meminta Presiden Prabowo mencabut izin proyek tersebut.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang