BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalokasikan dana sekitar Rp 27 miliar untuk membantu sektor ekonomi yang terdampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
Pria yang akrab disapa Emil itu menuturkan, subsidi tersebut akan dialokasikan untuk nelayan, petani, dan usaha kecil menengah (UKM).
Emil menyebut, anggaran subsidi tersebut berasal dari dana bagi hasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Kami terus memantau situasi ekonomi pasca-kenaikan harga BBM subsidi," ujar Emil saat memantau harga pangan di Pasar Balubur, Kota Bandung, Jawa Barat (12/9/2022).
Baca juga: Atalia Ramaikan Bursa Calon Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil Angkat Bicara
Pertama, selain mengawal BLT pemerintah pusat ada kewajiban dua persen dari dana bagi hasil itu dijadikan dana bansos untuk kota kabupaten.
"Jabar sediakan Rp 27 miliar yang dijadikan subsidi kepada pihak paling terdampak kenaikan BBM khusus nelayan, petani, dan UKM," tutur dia.
Emil menambahkan, berdasarkan hasil pemantauannya, dampak kenaikan BBM belum berpengaruh terhadap kenaikan harga sejumlah komoditas pokok.
Baca juga: Elektabilitas Tinggi, Atalia Istri Ridwan Kamil Ramaikan Bursa Cawalkot Bandung
Hanya harga komoditas cabai yang belum turun ke harga normal karena faktor suplai.
"Hari ini saya monitor ternyata secara umum tidak terjadi kenaikan signifikan oleh BBM. Yang naik ngaruh itu hanya ikan yang tadinya Rp 20.000 dijual Rp 26.000, pas ditanya memang karena BBM naik. Lain-lain ngaruh karena suplai bukan karena BBM yaitu cabai sudah turun tapi belum harga normal jadi bukan karena suplai BBM," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat Iendra Sofyan menjelaskan, secara umum belum ada kenaikan harga komoditas di pasar Jawa Barat.
"Sesuai yang disampaikan Pak Gubernur, pertama kami juga melakukan pengawasan dan pemantauan setiap hari, tidak hanya di sini (Pasar Balubur) tapi di beberapa wilayah di Jabar," ungkap Iendra.
Disinggung soal naiknya harga ikan, Iendra menuturkan, itu disebabkan biaya transportasi dari off taker yang cenderung membengkak akibat kenaikan BBM. Oleh sebab itu, salah satu alokasi subsidi diarahkan untuk nelayan.
Baca juga: Harga BBM Naik, Ridwan Kamil Antisipasi Lonjakan Harga Pangan dan Transportasi
"Biasanya kenaikan harga itu bukan dari petani, nelayan, atau peternak tapi dari off taker karena dia memerlukan transportasi. Apalagi, kalau off taker-nya rantai pasoknya panjang, nah ini sampai ke pasar itu akan lebih mahal," jelas Iendra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.